Sobekan Kertas

Sore, Klik!

19:26

Klik! Pengait di helm putih sudah erat mencengkram. Hari sudah melewati senja, yang tak terlampau spesial, sedari berpuluh-puluh menit yang lalu, saat mengintip langit dari balik kaca hlem yang benar-benar kusam. Entah ada hubungannya atau tidak, muka inipun tak jauh berbeda dengan muka hlem itu. Kusam.

Motor belum beranjak saat Fadli Padi menuturkan satu persatu kata bagian dari lirik lagu lawas, Mahadewi. "...Namun satu bintang yang berpijar, teruntai turun menyapaku...". Belum lama berselang, pesan singkat dari Resti, kembali diterimanya.

"Cintalah.... Jadi kita sama-sama saling mencintai, haaaaa," kata Resti lewat pesan singkat yang diterima di handphone miliknya. Seketika, suram dan lelah yang setiap sore setia mengendap tepat di antara alisnya, sirna. Tanpa disadarinya, senyum itu mengembang.

"Ada tutur kata terucap, ada damai yang kurasakan. Bila sinarnya sentuh wajahku, Kepedihanku-pun... terhapuskan," sayup-sayup potongan lagu itu, kembali terdengar.

Sambil terus merenges, dan menahan rasa penasaran yang semakin menguat, dia membalas pesan singkat Resti itu, secepat yang dia bisa. Dia bertanya, sejak kapan ada rasa seperti itu, bohong ah. "Sejak SMA...." balas satu-satunya perempuan yang memesonanya sedari bangku SMP.

***

"Nggak kenapa-kenapa.... Emm.. mau ngasih kabar juga, pernikahanku diundur jadi bulan aji, tanggal 2 November". Pesan dari Resti itu kembali diterimanya. Dia juga kembali tersenyum, kecut.


[30/06/2011]

Jepret

Mengintip Nasib Buruh di Purbalingga

17:13

RIBUAN kaum perempuan di Purbalingga terserap di pabrik-pabrik rambut dan bulu mata palsu. Karenanya, tak aneh bila di Purbalingga sangat jarang ditemui perempuan yang mau jadi TKW. Walau begitu, nasib mereka tak kalah memilukan dari TKW. Gaji yang tak sesuai UMK dan tak jelasnya kompensasi lembur, hanya secuil bukti betapa mirisnya hidup mereka.

SEMPITNYA tempat beribadah dan waktu yang singkat untuk beristirahat membuat para pekerja pabrik di Purbalingga yang memanfaatkan tempat seadanya untuk beribadah. Ribuan tenaga kerja namun hanya terdapat satu masjid berukuran sedang.

RUANGAN luas tersebut juga tidak hanya menjadi ruang untuk mengais rejeki dari rajutan rambut-rambut yang kemudian diuntai menjadi sebuah wig. Melainkan juga sebagai pasar jual beli pakaian.

DI ATAS hamparan kardus perempuan-perempuan itu memanfaatkan satu jam jatah istirahatnya. Selepas makan dan "bertemu" dengan Tuhannya, mereka lantas tertidur. Mereka tegolong beruntung, sebab ada perusahaan lain yang hanya menerapkan jam istirahat kurang dari 30 menit.

Foto diambil pas "menengok" lebih dalam melihat kehidupan kaum buruh rambut dan bulu mata palsu di Purbalingga, Rabu 22 Juni 2011.

Catatan Kecil Hari ini

#32

18:37

Siang ini, hampir sama dengan siang kemarin. Panas. Aku meyakini itu, pun kamu merasai itu. Tapi sudahlah, mungkin ini yang digariskan atas manusia-manusia yang hidup di Kota Perwira, macam aku dan kamu.

"Oya, pernah dengar lagu Armada Band yang judulnya Pemilik Hati?" tanyaku lewat pesan singkat yang kukirim, siang ini. Kau ternyata sudah tahu soal lagu itu. "ya, malah punya nih di hape. Kenapa?" tanyamu membalas pesan singkatku.

"Aku kirim lagu itu buat kamu... (kayak kirim lagu di radio, hehehe)," kataku.

"Menggambarkan isi hatimu yah?" tanyamu, lagi.

"Menurutmu?" tanyaku basa-basi. Seperti biasa, kau akan dongkol saat kau bertanya dan aku jawab dengan pertanyaan balik. Aku hanya bilang, "apa kau membutuhkan jawabanku? Apa itu ada artinya?"

Kau pun lantas menjawab dengan singkat. "Ajeeeeegggggg..."

[08/06/2011]

Jepret

Iwan Fals Mengaji di Purbalingga

13:46

SETELAH "mengaji" di sejumlah kota, kini giliran Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur mendatangi Purbalingga. Sore harinya, mereka berdiskusi di Ponpes Ar Rahman Kalikabong Purbalingga, sedangkan sekitar 21.00 WIB Iwan Fals menghibur masyarakat Purbalingga di Alun-alun Kota Perwaira, Kamis (2/6) malam.

SELAIN menyanyikan lagu-lagunya yang tak asing lagi di telinga, Iwan Fals juga beberapa kali melontarkan pantun yang membuat semuanya tertawa getir. "Piring mbiyen tipis-tipis, piring siki nganggo porselen. Maling mbiyen nggawane linggis, maling siki nggawane pulpen"

FOTOGRAFER dadakan banyak banget bermunculan di konser Iwan Fals itu. Mulai dari yang pakai kamera SLR, kamera analog, kamera digital pocket sampai ada yang pakai hape. Malam itu, mereka mengabadikan Iwan Fals dalam berbagai pose dan sudut bidik.

Foto diambil pas Iwan Fals dan Ki Ageng Ganjur lagi "mengaji" di Alun-alun Purbalingga dalam bingkai acara Extraligi Drarum Coklat, Kamis (2/6).

[03/06/2011]

Jepret

Pasar Malam GOR Goentoer Darjono

11:43


SEORANG teman bilang, dia sudah lama tak naik bianglala. Tapi, saat mau naik, dia berpikir berulang kali. Pasalnya, dia merasa permainan itu hanya untuk anak-anak saja, sementara orang dewasa, hanya cukup jadi penonton.

KETIKA liburan datang, pasar malam bisa jadi tempat paling tepat untuk melepas penat. Banyak permainan yang sungguh bisa menjadikan senyum-senyum bertebaran.

Foto diambil pas lagi ada pasar malam di komplek GOR Goentoer Darjono Purbalingga, Rabu 1 Juni 2011 lalu

[02/06/2011]