Sajak Takut

19:02

Dian, mendadak aku takut

Aku takut dengan masa depan; aku dan kamu
Ini bukan soal hubungan kita, tapi soal bagaimana kita melewatinya
Tentang jalan hidup seorang lulusan SMA biasa dan lulusan SMA sangat biasa saja
Bukankah, bagi orang macam aku maupun kau, dudu di bangku kuliah cuma mimpi; ah terbesit pun tidak

Dian, mendadak aku takut
Saat ibu bilang "membangun keluarga iti tak cukup modal cinta. Cinta itu tak bikin kenyang"
Kau tentu tahu, aku ini cuma tukang mengeluh, sementara nafkah tak datang dengan mengeluh
Tapi mau bagaimana, di kota kita ini, sulit dapat kerja, untuk keluar kota, aku tak akan meninggalkan kau sejengkal pun

Dian, mendadak aku takut
Aku takut kau hanya berakhir sebagai tukang ngidep, sementara aku melongo tak punya gawean
Kau sibuk di pabrik, setidaknya plasma, sedang aku hanya tangkas bergosip dan memaki
Aku tahu itu lumrah di desa kita, tapi itu menyakitkan bagiku, bagi seorang pria

Dian, mendadak aku takut
Saat melihat keluaga Kang Parto; apa kisah kita berakhir seperti mereka
Mbak Marni tak bisa merawat anak, Kang Parto main perempuan tetangga desa
Sementara Eko, anak mereka, lebih lekat dengan Nini Runtah, neneknya yang mulai pikun itu

Dian, mendadak aku takut
Bilamana kelak, penyakit mendera kita
Matamu rusak, anak kita demamnya memuncak, aku kepayahan
Lantas bagaimana obat bisa tertebus, esok obat bisa saja semahal pendidikan anak-anak kita

Dian, mendadak aku takut
Ketika bayangan Wanto, pemujamu itu, muncul, seperti malam ini
Dia akan kembali mendekat padamu, sekalipun kau itu ibu dari anakku; ah, kau tahu kan Tuhan juga isengnya minta ampun
Bila itu terjadi, sudah tentu aku cuma ngelus dada; kau kerja, berduit, nah aku cuma pengangguran cap tengu

Dian, mendadak aku takut
Benar-benar takut, sangat takut, mungkin sedikit lagi frustasi akut
Bahkan ketakutan ini melebihi rasa khawatir menghadapi ujian nasional
Kau anak buruh ngidep, aku anak petani; oh keisengan macam apa ini

[10/04/2012]

You Might Also Like

2 komentar

  1. ketakutan yang berlebihan, pacarnya dian kan bisa kerja asalkan multitalenta, bisa nderep,macul,nderes,nguli,ngolot,atau jadi pengusaha bata berawal dari kuli kan anak petani pastinya punya sawah itu bisa jadi usaha. iya kan

    BalasHapus
  2. Hahaha...mungkin terkesan berlebihan. tapi, setidaknya, tetap saja rantai kemiskinan tak putus. lingkaran setan... :)

    BalasHapus