Pesta Pora Takir Habis Tahlil Mupati

15:45

Takiran serupa dengan berkat yang diterima selepas ngaji bersama di rumah Si Empunya Hajat. Simbol silaturahmi dan keguyuban. (Foto sumber dari dokumen pribadi).

Ketika saya melangkah masuk ke rumah Pak Salam, sudah banyak orang duduk berjejer. Mereka mepet tembok seakan menyerupai lingkaran. Ketika saya duduk, kami masih perlu menunggu kedatangan beberapa orang lagi.


Yang kami tunggu bukan pejabat. Sebab, ngaji tahlil malam itu nggak mengundang pejabat level desa, kecamatan ataupun kabupaten. Bahkan, Pak RT saja berhalangan hadir. Kami melingkar untuk tahlil mitoni sederhana.

Dan ketika sudah selesai. Si Empunya rumah langsung menggelar sejumlah daun pisang. Menyusul kemudian nasi ada dua wakul besar. Dalam kondisi masih kebul-kebul, dua tumpeng ditumpahkan dan digelar di daun pisang.

Sajian semacam ini konon sedang ngetrend di media sosial. Makan porsi besar, beramai-ramai. Kalau yang ngetrend itu, saya belum tahu tujuannya buat apa.

Setelah selesai tahlil bersama, semua sudah siap menikmati makanan utama. Nasinya sangat banyak. Sepertinya, porsinya tiga kali dibandingkan jumlah orang yang hadir di malam itu. Saya sendiri kaget, karena ini memang baru kali pertama saya rasakan. (foto dokumen pribadi

Semua yang hadir mulai mengambil nasi yang ada di tengah lingkaran. Tak semua lauk langsung dilahap. Mereka lebih memilih mengambil sebagian lauk dan nasi untuk dimakan ditempat. Sedangkan sisanya di bungkus dengan kresek yang diberikan oleh si punya hajat. (foto dokumen pribadi)

Menunya beragam. Ada kering tempe dan kentang, srundeng, mi goreng, rempeyek, kerupuk hingga timun. Jika semua dimakan tentu saja akan sangat mengenyangkan. Apalagi, nasinya juga pulen, plus ada teh pahit anget. Nyelekamin lah pokoknya. (foto dokumen pribadi).

You Might Also Like

0 komentar