Coret Moret

Sajak Pak Ipung

20:19

Tau nggak Pah, kemarin, aku dipanggil dengan namamu.
Om Edot yang melakukan.
Pak Ipung, begitu sapanya.

Meski cuma ngbrol lewat fesbuk,
tapi aku tetep aja malu, jujur aja.
Aku merasa belum pantas disamakan denganmu.

Tapi, sebenernya, nggak cuma Om Edot yang begitu.
Masih banyak orang yang memanggilku dengan namamu.
Mulai dari Ibu sampai orang pasar yang biasa lewat.

Walau beda-beda orang, tapi alasan mereka sama;
rupa dan perawakan anakmu ini mirip denganmu.
Landaur alias landa duwur, kalo Om Edok bilang.

Ah, tapi tetep aja aku merasa belum pantas.
Aku malu, jika mereka selalu menyama-nyamakan aku denganmu.
Menyandingkan aku denganmu.

Coba bayangkan aja, kaki kirimu dapat gelar tendangan geledek,
namamu nggak cuma harum di desa tempat tinggal kita
dan Papah pun punya istri yang cantik.

Huh, maka itu, ada kebanggaan dan semacam kecemburuan
yang berkecamuk di benak ini, sekaligus.
Dan Papah pun tau, aku nggak pernah mengatakan pada siapapun.

Bukan sok misterius.
Bukan pula soal gengsi.
Tapi, aku cuma ingin dianggap sebagai lelaki olehmu.

[07/07/10]

Coret Moret

Sajak Senyuman

20:17

Hari ini aku melihat namamu lagi
Aku teringat kembali dengan senyumanmu
Sekonyong-konyong saja ingatan itu muncul,
meski aku sebenarnya engan
Ah, aku nggak tau apa alasannya

Sajak ini, jelas nggak serupa dengan puisi-puisi yang aku kirim, dulu
Dan sajak ini, jelas sama nggak berartinya dengan sajak-sajaku yang dulu

Tapi, kamu pasti tau sajak ini buat apa
Mirip saat kamu pura-pura tanya
"kenapa sih kamu suka aku?"

Ya, sajak ini untuk senyumanmu.

[06/07/10]

Meniti Jalanan

Perjalanan Tiga Hari Ke Klaten

17:21

Inilah yang disebut perjalanan panjang. Bahkan, bisa dibilang perjalanan yang sangat panjang. Mungkin kalo dibandingkan pelsiran ke jakarta ataupun ke bali, perjalananku belum seberapa. Tapi, soal rasa, ini bener-bener jauh.

Sabtu, 3 juli, ada tiga motor yang dipersiapkan. Semuanya penuh. Yang di depan cowok, sementara yang belakang cewek. Klaten adalah kota tujuannya. Orezh, Rini, Indra, Ade, aku dan Hanie hendak main ke rumah mbah Refi alias Rofik Suharwanto.

Ketiga Motor mulai melaju sekitar pukul 10.00. Rombongan nggak langsung ngebut aja ke Klaten. Tapi, mampir dulu kerumah Indra, buat makan siang dulu. Alhasil nyampe Klaten pukul 7.30 malem deh.

Nyampe di rumah Refi, wuih cape banget. Mata perih. Pantat juga panas banget rasanya. Tpi, tetep aja ada semacam rasa senang pas masuk rumah.

Malam itu, semua beranjak itur cepet. Mungkin gara-gara cape. Tapi, aku habiskan malam itu buat meratapi kekalahan memalukan Argentina atas Jerman. Huh...

Pagi menjelang. Aku bangun paling siang. Tapi, itu jelas bukan masalah. Ya wong cuma mau jalan-jalan di Desa Ceper. Kami keliling desa sambil bernarsis-narsis ria.

Setelah beberes, siangnya, kami menuju Jogja, sekalian balik Purwokerto. Tamansari dan Pekan Raya Yogyakarta (PRY), berhasil kami sambangi. Nggak perduli panas, nggak perduli kepulan asap kendaraan yang menjajali kota pelajar itu.

Di Tamansari, Orezh dan Rini menjadi pemandu rombongan. Mereka secara bergantian menjelaskan soal Tamansari. Terutama soal sejarahnya. Tentu aja diselingi dengan gaya-gaya berpose bersama.

Nah, kalo di PRY, semua punya aktifitas masing-masing. Mulai dari foto-foto, ngeliat sovenir, sampai duduk-duduk doank. Tapi, ya gitu, selalu ada kesamaan dia antara kami; kami sama-sama cape.

Ini kali pertama aku naik motor di jalanan jogja melewati gang-gang kecil. Ah, sampe sekarang, aku pun nggak bisa mengingat lagi. Hehehehe.... Tapi, tetep aja nyenengin.

Pasca makan malam, kami beranjak ke Purwokerto. Tapi, gara-gara dianggap udah malem, jadi ya nginep deh di rumah indra. Paginya, baru melanjutkan ke Purwokerto.

Pukul 08.59 kami sampai ke Purwokerto. Benar-benar Kota Mendoan. Nggak ada lagi pemberhentian sementara.

Ah, melelahkan, tapi tetep aja tiga hari yang nyenengin.