Sajak Pak Ipung

20:19

Tau nggak Pah, kemarin, aku dipanggil dengan namamu.
Om Edot yang melakukan.
Pak Ipung, begitu sapanya.

Meski cuma ngbrol lewat fesbuk,
tapi aku tetep aja malu, jujur aja.
Aku merasa belum pantas disamakan denganmu.

Tapi, sebenernya, nggak cuma Om Edot yang begitu.
Masih banyak orang yang memanggilku dengan namamu.
Mulai dari Ibu sampai orang pasar yang biasa lewat.

Walau beda-beda orang, tapi alasan mereka sama;
rupa dan perawakan anakmu ini mirip denganmu.
Landaur alias landa duwur, kalo Om Edok bilang.

Ah, tapi tetep aja aku merasa belum pantas.
Aku malu, jika mereka selalu menyama-nyamakan aku denganmu.
Menyandingkan aku denganmu.

Coba bayangkan aja, kaki kirimu dapat gelar tendangan geledek,
namamu nggak cuma harum di desa tempat tinggal kita
dan Papah pun punya istri yang cantik.

Huh, maka itu, ada kebanggaan dan semacam kecemburuan
yang berkecamuk di benak ini, sekaligus.
Dan Papah pun tau, aku nggak pernah mengatakan pada siapapun.

Bukan sok misterius.
Bukan pula soal gengsi.
Tapi, aku cuma ingin dianggap sebagai lelaki olehmu.

[07/07/10]

You Might Also Like

2 komentar

  1. really nice poem! diksinya bagus!
    salam kenal yah! :)

    BalasHapus
  2. wah...masa sih? padahal itu dibikin secepat kilat lho. hehehee... tapi, makasih deh.
    oya, salam kenal juga

    BalasHapus