Eneng

18:29

Eneng. Begitu namanya. Aku tak terlalu yakin, lima huruf itu namanya. Aku tak yakin. Tapi, aku tak mampu berbuat banyak untuk lebih tau namanya yang sesungguhnya. Sebab, perempuan berambut panjang itupun hanya ingin dipanggil dengan nama itu. "Panggil saja, Eneng," ucap dia.

Penampilan Eneng, sangat menarik perhatian. Kaos berwarna merah jambu, melekat kuat di tubuhnya. Sementara itu, rok mini, sangat mini, melingkar dipanggulnya. Warnanya hitam dan berumbai-rumbai. Bagi mata seorang pria, jelas sangat menarik perhatian. Minimal, melirik.

Malam itu, perempuan berperawakan kecil itu memulai berbincang denganku. Namun, caranya agak aneh. Kami saling tanya, dengan menggunakan layanan "pesan" di hape. Bukan saling SMSan. Hanya saling meninjukan jawaban dan pertanyaan lewat monitor.

"Mirip kayak anak SMA yah," komentarku soal cara berkomunikasi aku dan Eneng.

Tapi, mungkin, cara itu memang yang paling pas buat kami berbincang. Tempat kami berbincang, memang sangat bising. Ruangannya juga gelap. Hanya sebersit sinar hijau menerangi. Asap rokok-pun, sangat peka terasa. Dan Eneng pun ternyata tak tahan dengan asap rokok.

"Mataku udah perih banget nih. Tolong ambilin tisu dong," pintanya. Aku mengambilkan tisu, beserta wadahnya yang putih warnanya.

Kami berbincang lagi. Ternyata Eneng, mahasiswa D3 di Unsoed Purwokerto. Masuk 2007, dan baru lulus tahun ini. Dia dari daerah Pengandaran, Ciamis.

"Pantai yah," kataku spontan. Aku sendiri bingung, kenapa kata itu malah yang keluar. Seakan yang ada di otak hanya kata: pantai. Tapi, mau bagaimana lagi, memang begitu adanya.

Tapi, berkat ketololanku berkomentar itu, pikiranku malah jadi bertanya-tanya. Benarkah dia semuda itu. Kok rasanya dia terlampau tua untuk umur segitu. Atau tren yang ada memang begitu adanya. Umur muda, muka "boros".

Itu baru satu pertanyaan yang urung kutanyakan. Sebenarnya, aku ingin tanya; apakah kamu itu yang disebut ayam kampus? Kalau iya, sudah berapa lama? Ah, tapi tak pantas. Rasanya begitu.

Dua jam, hampir. Musik terus bertalu-talu. Entah apa saja yang udah masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Atau juga sebaliknya. Entah.

Yang terang, Eneng yang masih cari pekerjaan, tak jua mengeluarkan suaranya yang seirama dengan alunan musik. Mungkin hanya beberapa bait. Mungkin hanya beberapa kata. Eneng mengaku tak bisa menyanyi. "aku suka lagi ya sudah lah," tutur dia.

Dua jam, kali ini, sudah berlalu. Eneng dan temannya pergi dengan kedua temanku. Entah kemana. Mereka pergi dengan mobil. "Mereka mau....," ucap temanku yang lain.

[01/12/2010]

You Might Also Like

0 komentar