Sobekan Kertas

Blog, Google Trends dan Pesona Aliandro Syarif

12:46

Aliandro Syarif diambil dari Twitter
KETERTARIKAN terhadap dunia bloging kembali menggeliat. Sekalipun sudah mengenal dari beberapa tahun silam, rasanya selama ini belum mengenal begitu dekat apa itu blog. Sejauh ini, masih hanya menganggap blog tempat mencurahkan isi hati dan jiwa.

Padahal, blogging tak hanya sebatas ruang pelampiasan rasa pribadi atau bahkan ruang dokumentasi. Ada banyak hal yang bisa dieksplor dari blog. Pemahaman ini saya dapatkan dari interaksi yang kian banyak dengan teman-teman yang suka bergelut teknologi informasi, setahun terakhir.

Sobekan Kertas

Menulis di Blog, Untuk Apa?

15:36

Setiap orang punya tujuan untuk berbagi cerita sendiri-sendiri
MENULIS sudah menjadi hal yang sangat akrab, buat saya. Sedari kecil, sudah berkenalan dengan A yang berurut sampai Z. Lantas, bergelut dengan akrab dari tulisan halus di buku latin hingga kompak dengan huruf kapital yang cenderung kaku.

Pada suatu ketika, antara tahun 2009 - 2010, saya berkenalan dengan blog. Sebelumnya memang sudah kenal, namun sebatas memburu blog atau website sebagai rujukan tugas. Nah, kalau dalam rentang tahun yang bisa dibilang "terlambat untuk berkenalan" itu, mulai belajar membuat blog.

Sobekan Kertas

Terhipnotis Sihir Pesona Batu Klawing Khas Purbalingga

16:22

Batu Klawing asli Purbalingga dengan berbagai motif khas masih menjadi perburuan kolektor.
PURBALINGGA geger dalam beberapa bulan terakhir. Tidak mudah diingat bagaimana fenomena ledakan tren itu terjadi. Bahkan bisa dibilang, tidak ada yang bisa menjelaskan asal muasal keriuhan itu. Yang pasti semua tahu bahwa Batu Klawing sedang menjadi fenomena.

Sejak geger itu, tepi Kali Klawing yang menjalar dari sisi utara Kota Perwira sampai dengan sebelah selatan Kota Perwira juga riuh. Di pagi sampai malam, tak hanya tukang memancing yang asyik menongkrong di tepi sungai, namun juga para pemburu batuan mineral.

Sobekan Kertas

Artikel: Purbalingga Era Kento

11:37

SEMENJAK pekan ketiga Agustus, persisnya selepas pelantikan Ganjar Pranowo dan Heru Sudjatmoko sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Purbalingga mulai memasuki babak baru. Namun karena perubahan lebih sebatas lingkungan Pendapa Dipakusuma, belum banyak yang menyadarinya.

Yang dirujuk fenomena di internal pemerintah kabupaten itu bukan segala camuk rasa yang membuncah di benak para pegawai negeri sipil (PNS), selepas kemenangan gemilang Pilgub Jateng. Atau malah tentang arah kegembiraan atas kemenangan tersebut.

Sebab yang lebih patut disimak oleh masyarakat Purbalingga adalah perubahan kinerja yang sedang terjadi di internal birokrasi Kabupaten Purbalingga. Bukan euphoria kemenangan. Perubahan yang terjadi pelan-pelan namun tetap sejalan dengan prinsip, beda pemimpin beda gaya.

Sobekan Kertas

Sebuah Pesan di Pelukan Cakrawala

17:07

coretan di dinding Taman Kota Purbalingga (ilustrasi)
Malam menyambut, ketika pria kurus itu memalingkan perhatian dari  layar monitor komputer di mukanya. Ia menggengam handphone, yang telah terletak berserak karena kesibukannya. Sore itu ia sangat lelah sudah mencoba menjadi pria dengan pendapatan mumpuni.

Sobekan Kertas

Malam Jingga di Rongga Hati

12:45

Lampu bulat berkekuatan 10 Watt masih menggantung di tengah kamar. Sinar jingga yang ditebarkannya masih menghiasi seluruh pojok kamar. Hanya sela yang tertutup yang gelap. Seolah, lampu usang itu berupaya menyaingi kegagahan mentari.

"Aku akan mengingatmu seperti benih mengingat gandum dan seperti seorang gembala mengingat padang rumput dan sungai indah." Tulisan bertinta biru dan penuh kerlip bling-bling itu dibacanya. Untaian kata penuh rasa itu dibacanya berulang-ulang dari diary.

Sobekan Kertas

Catatan Diskusi Plasma (2): Tenaga Kerja Anak

16:01

Kepala Dinsosnakertrans Purbalingga, Ngudiarto menuturkan pihaknya
tengah berupaya adanya pendataan plasma dan tenaga kerja di sana.
Kemudian, diskusi tentang plasma dan investasi asing mulai merambah dampak dunia pendidikan dan sosial masyarakat di Purbalingga. Peserta diskusi menyinggung tentang banyaknya anak-anak yang tidak sekolah, namun bekerja.


Sementara peserta diskusi yang lainnya, menyenggol masalah keluarga. Dalam argumentasi yang singkat, mereka memandang, banyaknya pabrik dan plasma yang memproduksi rambut dan bulu mata palsu membuat banyak anak-anak kehilangan kasih sayang orang tua dan angka perceraian juga meningkat.

Sobekan Kertas

Catatan Diskusi Plasma: Mereka Sejahtera

17:27

Kepala Dinsosnakertrans Purbalingga, Ngudiarto mengklaim, keberadaan 

investasi asing di Kota Perwira lebih banyak membahwa berkah positif 

dibanding dampak negatif. Kesejahteraan masyarakat dinilai meningkat. 
Dulu, mereka kerja memakai sepeda, ada juga yang cuma jalan kaki. Sekarang di pagi hari dan sore hari, jalan macet, karena sepeda motor. Meski belinya kredit, jelas ada peningkatan kesejahteraan (di kalangan buruh Kabupaten Purbalingga)

Kalimat tersebut meluncur dari Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnosnakertrans) Purbalingga, Ngudiarto saat jadi pembicara diskusi tentang plasma dan investasi asing di Kota Perwira, Rabu (23/5) di Gedung Yustisia III Lantai 2 Fakultas Hukum Unsoed Purwokerto.

Sobekan Kertas

Pameran Foto D'Potrek "Langkah Pertama"

16:24

Pengunjung Kafe Pedangan melihat  story foto karya Komunitas D'Potrek
Tak kurang dari 20 karya foto dipajang di Kafe Pedangan Purbalingga, sedari Jumat (20/4). Empat di antaranya merupakan foto story,  menyelip di tengah mereka ada empat karya Wakil Bupati Sukento Rido.

Digantung berjejer dengan karya pecinta fotografi dari Kota Perwira, Wabup Sukento memamerkan foto berjudul Baya Pak Wakil, Katak Raksasa, Menyisir Pantai serta Cahaya Langit.


Sobekan Kertas

Kamu dan Kali Terakhir

20:08

Melangkah maju untuk melupakan. Namun, apa
yang harus dilupakan. kenapa  harus dilupakan.
"Mungkin ini benar-benar terakhir kali kita bertemu," kata perempuan yang duduk di sampingku. Dia mengatakannya seraya membenarkan posisi duduknya di atas tikar plastik. Perempuan bertubuh kecil itu menyender pada pintu besi sebuah toko yang tutup sedari sore.


Sambil memalingkan pandangannya dari jalanan yang masih saja sangat ramai lalu lalang kendaraan, ia tersenyum. Temaram lampu jalan seakan menjadi lampu soroti panggung bagi kami berdua. Dimana, di panggung tersebut, ada alur cerita yang sangat rumit namun singkat.

Sobekan Kertas

Facebook: Ini Sensasiku, Kamu? (2)

18:12

Aku masih duduk satu meja dengan Pak Adi. Masih berdiskusi hal yang sama; Facebook. Akan tetapi, arahnya tak lagi mengenai pengaruh situs itu dalam hal proses komunikasi semata. Melainkan pengaruhnya kepada kehidupan manusia.

"Wah pak, kalau ada pengguna Facebook yang naif, bisa berbahaya juga yah penggunaan media sosial semacam itu," kataku merujuk pada banyaknya orang yang tak sadar bahwa apa yang dilakukannya di dunia sosial bakal berpengaruh pada pelabelan tertentu yang bakal dilekatkan orang kepadanya.

Sobekan Kertas

Facebook: Ini Sensasiku, Kamu?

06:38

Sejatinya, kita selalu dituntut untuk memainkan peranan, dengan atribut
tertentu agar bisa diterima  lingkungan. Pada kondisi tertentu, tuntutan itu, 
memaksa kita mengenakan "topeng" hanya demi bisa dianggap orang lain.  
Dengan tergopoh-gopoh, aku menuju ke Kantor jurusan Ilmu Komunikasi Fisip Unsoed Purwokerto. Ada yang hendak aku temui. Meski datang jauh-jauh dari Purbalingga, bukan seorang perempuan yang hendak aku temui.

Aku hendak bertemu dengan seorang dosen, Tri Nugroho Adi. Pria tersebut sudah menjadi pembimbing skripsiku, sedari dua tahun lampau. Selain dia, masih ada dua dosen baik nan pintar yang membantuku, Edi Santoso dan juga Agoeng Nugroho.

Sobekan Kertas

Aku dan Si Puss

17:14

Kucing kecil itu berlari kesana kemari. Namun, ia lebih banyak berada di bawah meja. Ia bermain-main di sana. Bermain kabel mouse yang terletak di atas meja. Disentuh-sentuhnya kabel yang menggelantung itu dengan kaki kanannya.

Setelah bosan, ia beralih kepada lembaran koran Suara Banyumas Suara Merdeka, yang terletak di bawah meja. Mulanya, kucing kampung berwarna abu-abu itu hanya menduduki lembaran koran terbesar di Jawa Tengah itu. Mungkin lantaran dingin.

Tetapi, kemudian, kucing kecil yang dalam beberapa pekan terakhir, rajin mendatangi rumah itu justru masuk dalam lipatan koran itu. Seakan dia masuk kedalam sana untuk menjadikan kertas itu sebagai rumah. Tempat penghangat yang tepat untuk melindungi diri dari sergapan dingin di hari yang mendung.

Pagi ini, kucing yang asyik bermain dengan dunianya itu, menjadi tontonanku. Kata adik perempuanku, kucing yang belum bernama dan hanya dipanggil "puss" itu memang manja dan lucu. Tetapi, induknya selalu tampak marah bila si puss itu dipegang. "Grrr," begitu adiku menirukan gaya induk si puss. Aku hanya tersenyum.

Polah si puss itu menjadi menarik buatku, lantaran aku menyadari sesuatu. Aku menyadari bahwa ada titik-titik dimana kita itu seharusnya memiliki daya untuk terus mencoba mengenal hal-hal baru. Memainkan hal yang tak dikenal itu dengan tangan dan seluruh indrawi.

Bermain gaya kucing, yang acuh itu, menjadi pertanda, belajar dengan modal ingin tahu, ingin mengenal sesuatu yang baru adalah hal yang wajar. Hal yang memang lumrah dilakukan. Tidak hanya oleh kucing, tetapi juga manusia itu sendiri. Kita.

Bagiku, hewan yang juga dikenal sebagai salah satu predator handal itu mengajarkan bahwa tidak perlu ragu untuk belajar. Tidak perlu memikirkan ini itu, yang sebenarnya tak jelas justrungnya. Yang sejatinya, pikiran negatif yang biasa kita sebut sebagai pertimbangan, itu tidak selamanya benar-benar.

Bukankah, bisa saja, hal negatif itu hanya buah atas stigma negatif yang tercipta dari persinggungan neuron-neuron yang memang hanya ada di otak saja. Kucing kampung itu mengajari, paling tidak aku sendiri, bahwa kemampuan belajar, mengenal hal baru adalah hal penting. Belajar dengan sedikit mengabaikan rasa malu.

[06/11/2011]

Sobekan Kertas

Sore, Klik!

19:26

Klik! Pengait di helm putih sudah erat mencengkram. Hari sudah melewati senja, yang tak terlampau spesial, sedari berpuluh-puluh menit yang lalu, saat mengintip langit dari balik kaca hlem yang benar-benar kusam. Entah ada hubungannya atau tidak, muka inipun tak jauh berbeda dengan muka hlem itu. Kusam.

Motor belum beranjak saat Fadli Padi menuturkan satu persatu kata bagian dari lirik lagu lawas, Mahadewi. "...Namun satu bintang yang berpijar, teruntai turun menyapaku...". Belum lama berselang, pesan singkat dari Resti, kembali diterimanya.

"Cintalah.... Jadi kita sama-sama saling mencintai, haaaaa," kata Resti lewat pesan singkat yang diterima di handphone miliknya. Seketika, suram dan lelah yang setiap sore setia mengendap tepat di antara alisnya, sirna. Tanpa disadarinya, senyum itu mengembang.

"Ada tutur kata terucap, ada damai yang kurasakan. Bila sinarnya sentuh wajahku, Kepedihanku-pun... terhapuskan," sayup-sayup potongan lagu itu, kembali terdengar.

Sambil terus merenges, dan menahan rasa penasaran yang semakin menguat, dia membalas pesan singkat Resti itu, secepat yang dia bisa. Dia bertanya, sejak kapan ada rasa seperti itu, bohong ah. "Sejak SMA...." balas satu-satunya perempuan yang memesonanya sedari bangku SMP.

***

"Nggak kenapa-kenapa.... Emm.. mau ngasih kabar juga, pernikahanku diundur jadi bulan aji, tanggal 2 November". Pesan dari Resti itu kembali diterimanya. Dia juga kembali tersenyum, kecut.


[30/06/2011]

Sobekan Kertas

Rabu yang Gerimis

19:18

[dua]

Kau tahu, aku selalu heran dengan jalinan "benang" yang ada di antara aku dan kau. Aku sama sekali tak mampu mengejawantahkan jalinan benang yang ada di antara aku dan kau. Apakah itu ternyata kusut atau malah sebenarnya sangat indah. Aku tak tahu.

Kau tahu, terkadang aku mengira aku dan kau itu layaknya aktor dan aktris. Memainkan sebuah episode tentang kisah dua hati. Memang, tak sendah cerita dramatis Romeo dan Juliet di negeri antah berantah itu. Tapi aku terkadang merasa, kita tengah bermain dalam satu babak sinema elektronik atau mungkin film pendek.

Kau duduk di sampingku. Itu memang bukan hal yang aneh. Ya, kau memang sudah beberapa bulan ada di sampingku. Menghabiskan separuh harimu ada di dekatku. Mungkin, bisa dibilang, hanya saat jam istirahat kau tidak di sampingku.

Kau tahu, itu adalah momen gila yang paling tak terduga dalam hidupku. Kau duduk di sampingku sebagai teman satu bangku. Padahal, sebelumnya, aku hanya bisa menatapmu dari kejauhan.

Tapi kau duduk di sampingku? Aku pikir itu permainan Tuhan yang paling gila. Aku kira, aku dan kau dalam satu kelas saja sudah jadi hal yang di luar bayanganku. Tapi, kau di sampingku" Ya, ini gila. Betul-betul gila.

***

"I've been waiting for a long time/for this moment to come//.... I'm so much closer than/I have ever known...//" Greenday mengembalikan nalarku. Kubangan di hadapanku.

[04/05/2011]

Sobekan Kertas

Jumat yang Lambat

09:20

[Satu]

Jumat yang lambat. Begitu aku menyebut hari ini. Kendati semua orang, pun aku, selalu mengganggap hari ini hari yang singkat, aku tetap ingin menyebutnya demikian. Paling tidak, sekedar untuk hari ini.

Kendaraanku pun melaju dengan lambat. Kecepatannya, sama sekali tak menyentuh angka 40 Km/jam. Aku membiarkan semua kendaraan mendahuluiku. Yang mampu aku salip, hanya sepeda yang berjalan dengan tenaga manusia, bukan mesin. Sungguh, bukan seperti aku yang biasanya.

Aku memang tengah menunggumu. Sembari menikmati lantunan pelan lagi dari pemutar lagi di handphone, aku berharap kau tiba-tiba muncul. Melempar pandangan. Melempar senyum "Gasik bangete pangkate (pagi sekali berangkatnya)," katamu mencandaiku.

Ini, yang aku lakukan, tak ubahnya yang aku lakukan dulu, semasa berseragam putih-abu-abu. Mengira-ira jam berangkatmu ke sekolah, lantan menghitung-hitung kecepatan langkahku.

Saat perhitungan tepat, kita akan bertemu. Di saat itu pula, kita, terutama kamu, akan mengganggapnya sebagai "kebetulan". Tak perduli itu benar-benar sungguhan "kebetulan" atau tidak, aku tak peduli. Toh, kesempatan itu bukan hanya sesuatu yang kebetulan semata, namun bisa juga diciptakan. Itu yang aku yakini.

Ah, yang pasti, aku berjalan denganmu. Kamu di sampingku. Hal semacam itu pula yang tengah aku damba.

"Don’t make me change my mind/Or I wont live to see another day/I swear it’s true/Because a girl like you is impossible to find/It’s impossible//" begitu Secondhand Serenade bergumam lirih.

Satu meter, sepuluh meter, ratusan meter. Semua sudah terlalui. Entah apa saja yang sudah terabaikan oleh pandanganku. Sepanjang jalan, hanya memandangi kaca spion. Ya hanya mengintip-intip sembari berharap.

"...And I will try to fix you...." tutur Coldplay.

[01/04/2011]

Sobekan Kertas

Demonstrasi, Lawakan Gaya Baru 2

17:38

Satu desa bergejolak lagi. Senon nama desa itu. Desa yang terdiri dari empat dusun itu berada di Kecamatan Kemangkon. Selasa (18/1) kemarin.

Desa yang biasanya tenang itu bergejolak lantaran sebuah rekaman dari handphone dengan tipe SGH J750 milik seorang warga. Rekaman yang kemudian hari di-burning dalam compact dick alias cd itu berisi percakapan tiga orang warga. Si pemilik hape, warga dan salah seorang warga yang berhasil lulus dalam seleksi perangkat desa.

Intinya, percakapan Sabtu 16 Oktober 2010 itu berisi tentang pembenaran bahwa si perangkat desa yang baru itu memberikan sejumlah uang pada salah satu perangkat desa. Si perangkat desa yang baru, dijanjikan lulus, jika menyetor puluhan juta rupiah.

Ternyata ada empat warga yang tak lulus seleksi perangkat desa yang turut mengaku menyetor uang pada dua oknum perangkat desa itu. Dalam rentang dua tahun terakhir, duit disetor secara bertahap. Dan besaran yang berbeda satu sama lain.

"Meski sudah dikembalikan sesaat sebelum pengumuman, saya tetap merasa tertipu. Saya tetap mempertanyakan kenapa hal tersebut terjadi," tandas pria berkumis yang gagal dalam pemilihan.

Warga pun geger. Warga dua dusun pun lantas menggeruduk desa.

Protes warga sengaja dibarengkan dengan kunjungan kerja (kunker) Komisi A DPRD Purbalingga. Warga sudah berkumpul di aula desa sejak Pukul 09.00 WIB, pasalnya jadwal kunker memang segitu. Namun acara baru dimulai Pukul 11.30 WIB.

"Lah nek kaya kiye tah mulaine maghrib. Malah pada bubar kabeh," cetus seorang warga.

"Nunggu rapat komisi dulu," kata seorang perangkat pada warga yang mulai gelisah.
***

Lagi asyik berbincang dengan warga, kemudian datang seorang perempuan berkerudung. Dia berbicara dengan seorang warga yang duduk di sebelah, dengan agak berbisik.

"Mengko rika aja anarkhis yah. Aja melu nek ribut-ribut. Mbok mengko dicekel polisi, malah repot. Padahal rika ora ngerti apa-apa," tukas perempuan yang ternyata perangkat desa baru itu.

Pria bertopi yang diduduk di sebelah itu pun hanya cengengesan. "Lah mung kepengin ngerti kiye arep pada demo apa thok koh. Malah kaya arep ngapa," tutur dia.
***

Para wakil rakyat datang. Warga kembali bergelora. Selepas acara seremonial, warga memulai aksinya; persidangan!

"Kami minta dua oknum perangkat dihadirkan ke depan forum," tandas di koordinator lapangan (korlap). Si perangkat desa baru yang suaranya terekam pun turut disidang.

Setelah menjelaskan duduk permasalahan pada tamu yang hadir. Tiga orang itu dipersilahkan menjawab tuduhan. Namun ketiganya ternyata kompak dalam memberikan jawaban; semua itu tidak benar!

Ratusan warga yang hadir tak menyangka tiga orang tersebut mengelak. Padahal bukti rekaman itu sudah disodorkan. Warga Senon mengajukan tuntutan: lakukan sumpah pocong.

"Kami semua cuma ingin pangakuan dan kemana uang warga itu sebenarnya," ucap di korlap aksi.

Meski warga mendukung. Mulai dari Ketua Komisi A hingga Kades menolak hal tersebut. Satu persatu undangan yang hadir "lepas tangan". Anggota Komisi A memilih pulang. Sementara camat dan jajaran muspika yang lain, silih berganti meyakinkan warga.

"Hukum positif. Bukan hukum semacam ini. Sumpah pocong tidak menyelesaikan masalah," tandas mereka, bergantian.

Nampaknya, warga meragu dengan mekanisme hukum administratif dan hukum pidana yang ada. Warga melihat prosesnya bakal panjang. Tak ada jaminan penyelesaian masalah itu. "Kami ingin masalah ini diselesaikan hari ini juga," kata si korlap yang pernah tinggal di Jepang.

Jajaran muspika kecamatan pun makin gencar meyakinkan warga. Tarik ulur pendapat pun tak terelakan.

Namun, pada akhirnya si korlap pun setuju melalui jalur hukum pidana dan hukum administratif. "Asalkan ada jaminan dan perangkat desa ini diberi hukuman skorsing," tukas si korlap yang disambut teriakan warga.

[20/01/2010]

Sobekan Kertas

Demostrasi, Lawakan Gaya Baru

19:16


Lagi demo di depan Disdik

Hari ini, kali pertama aku melihat secara langsung demonstrasi di Purbalingga. Sungguh pemandang yang asing di kota perwira.

Senin (3/1) kemarin, aku sebenarnya sudah mendengar kabar demonstrasi itu. Aku mendapat kabar itu dari surat yang ditujukan ke Polres yang ditembuskan ke beberapa pihak. Terutama yang jadi tujuan tempat aksi.

LSM ***** Purbalingga yang menjadi motor gerakan itu. Fokus persoalannya mengenai pelaksanaan Dana Alokasi Khusus alias DAK Pendidikan TA 2008 hingga 2010.

Mereka mendatangi Dinas Pendidikan (Disdik), Kantor Kejaksaan Negeri dan DPRD Purbalingga. Ada Sekitar dua truk dan satu pikap. Alamak banyaknya. "Ada sekitar 250an orang," tutur si koordinator aksi.

Mereka kebanyakan masih berusia muda. Mereka turun dari truk dengan menenteng tulisan-tulisan. Kedatangan mereka pun disambut Satpol PP dan petugas kepolisian Polres Purbalingga.

Wah, ketegangan macam apa yang bakal tercipta. Dorong-mendorong kah. Teriakan tuntutan yang terus bertalu-talu kah. Atau malah membongkar paksa gerbang.

Ah, sungguh banyak bayangan adegan yang tercipta. Sungguh harus aku akui, aku senang. Senang melihat orang-orang berjubel menuntut lewat jalur demonstrasi.

Namun, rekaan adegan heroik di otakku, sirna sudah. Aksi gagah, yang aku anggap sakral, malah berubah bak lawakan wagu. Tak ada indah-indahnya sekalipun.
***

Di Aula Disdik, perwakilan LSM itu ditemui petinggi Disdik. Si pendemo pun mengajukan beberapa tuntutan.

"Kenapa saat pengadaan tidak menyesuaikan dengan juklis yang ada?" tanyanya.

Si ketua panitia, menjawab dengan tenang. Tanpa mikrofon, namun, pasti terdengar jelas. Sementara sambil mendengar pada hadirin yang datang disandingkan snack ringan.

"Semua yang anda tanyakan sudah saya jelaskan pada Polres. Saya sudah dipanggil dua kali mengenai persoalan itu untuk klarifikasi," jelas pria yang siang itu berkacamata.

Menurut dia, penyidik Polres justru mengajukan pertanyaan yang lebih mendalam, luas dan detail. "Maka itu, akan lebih baik, jika anda melihat di BAP yang ada di Polres," tutur pria yang rambutnya memutih.

Tak dinyana, para pendemo itu mengangguk. Mengiyakan jawaban dari ketua pengadaan DAK 2010.

Aksi pun dilanjut ke Kantor Kejaksaan Negeri. Itupun tak sampai lima menit. Mereka melaju ke kantor dewan.

"Lah penonton kecewa. Purbalingga memang sudah terkondisikan," celetuk salah satu wartawan sambil tersenyum.
***

Sementara warga yang pakai truk menikmati terik matahari, sejumlah perwakilan demonstran masuk ke ruang Ketua DPRD. Dinginnya AC, kursi nan empuk dan snank pun menyambut kedatangan mereka.

Di ruangan yang berjubel,- berjubel lantaran polisi dan wartawan ikut masuk, LSM itu meminta DPRD turut mengawal kasus tersebut.

"Purbalingga amburadul. Tolong kami. Kami sudah jenuh," tegas perwakilan LSM yang berbaju gelap dengan nada meninggi.

Suaranya saat itu sengau. Seperti hendak menanggis. Saat itu, aku berpikir, seperti itukah air mata buaya?

Dan, seperti biasa, anggota dewan pun berjanji akan menindak lanjuti. Pertemuan itu hanya berlangsung tak lebih dari 15 menit. Semua, bubar jalan.
***

Nah, kalo ini lagi di ruangan Ketua DPRD

Penonoton kecewa. Mana ada demontrasi semacam itu. Apa itu yang namanya demonstrasi khas Purbalingga?

"Demonstrasi cuma buat mengejar poryek saja. Biasa lah kayak gitu," ucap seorang wartawan. Alamak.

"Kalau seperti ini, yang senang yang polisi dan wartawan," ujar wartawan yang lain.
***

Siang beranjak sore. Aku masih di depan layar monitor. Mengetik sambil mendengarkan lagu-lagu kesukaan. Tiba-tiba handphone berdering.

"Mas bangkit? Sedang dimana?" tanya pria dari Disdik yang tidak lain si ketua pengadaan DAK 2010.

"Iya pak. Lagi di kantor, Gimana?" jawabku.

"Tadi katanya yang demonstrasi ribut di kantor LSM. Karena bayaran ikut demo belum dibagi," ucapnya. Sinyal hape pun error. Pembicaraan terputus. Tut tut tut.

Aku cuma terbengong. Wadaw.

[04/01/11]

Sobekan Kertas

Coba Smiley

10:08

Belajar bikin blog emang nggak ada matinya yah. Dulu pusing ngolah settingan blog. Nah sekarang, malah pusing mainan smiley.
lollollol

Tapi, sekarang udah mendingan tahu soal smiley.
cool

Lain waktu belajar yang lain lagi ah.

kiss

clapclap

Sobekan Kertas

Usaha Romantis

17:32

Ini sebuah petikan cerita dari SMS yang sempat mampir ke inbox hape punya seorang teman. Entah kenapa begitu menarik. Mungkin bukan lantaran faktor keromantisannya. Melainkan karena usaha romantis yang ternyata GAGAL!.
hahahaaaa

"Aku tuliskan sajak sederhana untuk dirimu,"

"Ya mana sajak sederhananya?"
"Mau tahu yah? Aku kira nggak mau,"
"Ya mau lah, sok pengen tahu,"
"Ah sungguh.
Aku tak mampu merangkai kata
tuk menggambarkan dirimu.
Apa memang nggak ada kata-kata indah yang tepat
buat menggambarkan dirimu?"
"Huem, aku kasihan sekali, masa nggak ada kata indah buat menggambarkan aku,"
"Saking indahnya koh,"
"Iya deh"
[28/12/10]