Sore, Klik!

19:26

Klik! Pengait di helm putih sudah erat mencengkram. Hari sudah melewati senja, yang tak terlampau spesial, sedari berpuluh-puluh menit yang lalu, saat mengintip langit dari balik kaca hlem yang benar-benar kusam. Entah ada hubungannya atau tidak, muka inipun tak jauh berbeda dengan muka hlem itu. Kusam.

Motor belum beranjak saat Fadli Padi menuturkan satu persatu kata bagian dari lirik lagu lawas, Mahadewi. "...Namun satu bintang yang berpijar, teruntai turun menyapaku...". Belum lama berselang, pesan singkat dari Resti, kembali diterimanya.

"Cintalah.... Jadi kita sama-sama saling mencintai, haaaaa," kata Resti lewat pesan singkat yang diterima di handphone miliknya. Seketika, suram dan lelah yang setiap sore setia mengendap tepat di antara alisnya, sirna. Tanpa disadarinya, senyum itu mengembang.

"Ada tutur kata terucap, ada damai yang kurasakan. Bila sinarnya sentuh wajahku, Kepedihanku-pun... terhapuskan," sayup-sayup potongan lagu itu, kembali terdengar.

Sambil terus merenges, dan menahan rasa penasaran yang semakin menguat, dia membalas pesan singkat Resti itu, secepat yang dia bisa. Dia bertanya, sejak kapan ada rasa seperti itu, bohong ah. "Sejak SMA...." balas satu-satunya perempuan yang memesonanya sedari bangku SMP.

***

"Nggak kenapa-kenapa.... Emm.. mau ngasih kabar juga, pernikahanku diundur jadi bulan aji, tanggal 2 November". Pesan dari Resti itu kembali diterimanya. Dia juga kembali tersenyum, kecut.


[30/06/2011]

You Might Also Like

1 komentar