Sobekan Kertas

SMS Dari Mbayu Malam Itu

10:42

"Duh pusinq y,q mw ambl bhs jwa mz,kra2 blpa y mz byr q biz ancnq2 dal ckg." sms itu aku terima tepat pukul 20:37:35. tepatnya tangal 5 februari kemarin.

sms itu dikirim oleh seorang teman perempuanku semasa SMA dulu. aku kerap memanggilnya mbayu. sudah lama memang aku nggak pernah ngobrol dengannya. baru beberapa bulan ini aku sering smsan dengannya. dia sekarang sudah bekerja jadi staff administrasi di sebuah pabrik di bandung.

beberapa waktu yang lalu, dia cerita kalo punya niatan buat sekolah lagi. ingin kuliah. "gila" itulah kata yang pertama terpikirkan diotakku. aku udah hampir jadi sarjana, nah dia, baru punya niatan pengen kuliah. jujur aja, aku kaget!

dia pun bercerita kalo selama ini dia itu iri dengan teman seumurannya yang mampu menikmati bangku kuliah. makanya, dia masih memendam cita-cita menjadi seorang sarjana. dia pingin jadi guru!

demi cita-citanya itulah, dia akhirnya rela jauh dari keluarga buat kerja di kota kembang. bekerja keras demi mengumpulkan uang untuk biaya kuliahnya. sedikit demi sedikit.

makanya, meski sempet kaget, aku masih ngerasain seneng. sebuah kebanggaan, tentu. sementara aku di purwokerto sering ngeliat orang-orang yang katanya udah jadi mahasiswa kuliah seenaknya dan asal-asalan. temanku itu justru bersemangat buat kuliah.

"tolong cariin informasinya ya mz..." begitu katanya suatu waktu. dia hendak pulang ke desanya, untuk bekerja di sana, sambil kuliah.

dengan penuh semangat aku pun mencari universitas yang punya program keguruan. ketemu! ada satu, tapi swasta. aku pun langsung kesana, ngambil pamflet di ruangan panitia PMB.

busyet!! mahal bener kuliah di kampus ini, kataku pas ngeliat isi brosur pembiayaan. huh...apa mbayu itu bisa membayarkan semua pembiayaan ini. aku cuma bisa ngelus dada. serasa nggak tega memupupuskan impiannya itu. "argh...sial," kataku dalam hati.

tapi, akhirnya aku beranikan diri menceritakan semuanya. pembiayaannya dan tentu saja program studi yang ditawarkan.

dan, ternyata benar, uang yang dia tabung lebih dari tiga tahun ini belum juga cukup. meski hanya sekedar membayar awalannya aja. itu yang program reguler, belum yang nonreguler. lagi-lagi cita-citanya kembali terancam pupus sudah.

sejujurnya, aku malu sendiri. aku yang kuliah sampe sejauh ini aja masih belum berpikir layaknya apa yang dia pikirkan. mahasiswa amacam apa aku ini. yang katanya agen of change, tapi membantu teman sendiri aja nggak mampu.

"Huh..Q kul pie y maz?Mas biaya gde teing,q bngung mw nyari dar mana ge?" katanya lewat sms.

08-02-2010

SMS Dari mbayu Malam Itu

Sobekan Kertas

Film; Seks Atau Seni

10:39

"film apa yang bagus yah?" status itu kira-kira begitu bunyinya. udah beberapa hari yang lalu temenku menuliskannya. sekilas memang nggak menarik buat dikomen. apalagi buat yang nggak sering up date film-film terbaru.

tapi, status itu menjadi tampak menarik lantaran seorang teman perempuan yang lain itu ikutan komentar. "american pie bae," begitu katanya, sambil terkekeh-kekeh.

melihat komentar itu aku jadi ikutan komen. intinya sih, dah nggak jaman nonton film kaya gitu. sekarang itu jamannya alur sama makna cerita. dan ternyata temenku setuju. "aku be wis ora doyan," kata si empunya status. aku sih nggak ambil pusing kenapa dia nggak doyan lagi. mungkin emang nggak suka, mungkin sudah bosan. entahlah.

aku melewatkan pembahasan status itu lagi. aku nggak tau sampe mana ujungnya.

pagi ini, aku melihat acara "apa kabar indonesia" di tvOne. mereka berbincang soal kontroversi film "hantu puncak datang bulan" yang dibintangi andi soraya. ada LSF, andi soraya, FPI, ma sang produser.

fpi berkeras bakalan menentang semua film yang sok porno. ini soal moral bangsa, katanya. andi soraya berkilah ini adalah SENI. (kata ini sengaja aku besarin biar tampak ada penekanan). si produser sejalur dengan andi soraya. sementara lsf jadi pendiam yang tampak nggak amu disalahin.

emang, belakangan sumua film2 indonesia selalu ngedepanin soal seksualitas. seakan, yang ada di otak orang indonesia cuma seputar selangkangan doank. betul ato nggak, aku nggak mau menghakimi siapapun.

huft. aku bener-bener nggak ngerti. mungkin ini lantaran kebebalanku memahami itu semua. tapi aku tau kalo itu realitas sosial. mungkin juga seni.

makanya, aku terkadang menaruh curiga dengan semua film2 yang dibikin, adakah hal yang saru2 yang bisa dinikmati di sana? malah terkadang aku berpikir soal teater. mungkin akan beralih pad sex appeal biar semakin rame penonton mereka.

aku nggak munafik. ini hanya pemikiran, yang aku sendiri tak mudeng.

aku nggak mau ambil pusing. makanya, aku memilih "inbox" jadi tontonanku. padahal aku pun nggak suka!

05-02-2010

Sobekan Kertas

Aku dan Para Kakang dan Mbakayu Purbalingga 2009

10:33

hari ini adalah awalnya, yah meskipun buka sepenuhnya sebagai sebuah awal. paling tidak perkenankan aku beranggapan kayak gitu. ya, hari ini adalah awalnya. sebuah awal dari sebiah kegilaan, atau mungkin malah yang lain akan menganggapnya sebagai sebuah kegelian. apalagi, jika tahu kalau aku yang harus merasakan "deraan" kegilaan ini.

pagi tadi aku berangkat ke dinas pariwisata, kebudayaan, pemuda, dan olah raga purbalingga. lazim disingkat dinparbudpor. hal, yang bisa dikatakan, menyebalkan buatku. bagaimana tidak, harus bangun pagi, berangkat dengan kedinginan lantaran gerimis yang setia menyiram bumi.

sebagian dari kalian mungkin menganggap remeh apa yang aku lakukan. sedang sebagian yang lain mungkin ingin tau kenapa gerangan aku harus memburu pagi hanya untuk tiba di dinparbudpor. makanya, agar kalian merasakan kegeliannya sendiri, maka ada baiknya aku ceritakan kenapa aku musti berada di salah satu deretan kursi biru itu.

pagi itu, aku berada di sebuah aula yang tak cukup besar. dan aku pun sebenarnya lebih menganggap itu bukan sebagai aula. namun, yang pasti, aku benar-benar berada di sana bersama paling tidak dengan 40-an orang. putra dan putri. semuanya berasal dari berbagai wilayah di purbalingga. sekitar pukul 9.15 acara technical meeting kakang-mbakayu purbalingga 2009 dimulai.

ya, jangan heran kalau aku juga bagian dari peserta technical meeting itu.

sekarang, kalian mungkin sudah mulai merasakan sebuah kegelian yang tadi aku ceritakan. tapi, aku tak perlu lagi merasa malu atas kegelian yang mungkin kalian rasakan itu. seperti kata atut "kejujuran itu memang pedih". hanya saja, kejujuranku ini bukan suatu kepedihan. melainkan kelegaan yang teramat sangat.

huh...aku sendiri bingung, kenapa bisa aku berada di deretan kursi itu, guna mendengarkan cerita yang panjang lebar itu. yang jelas, asal mulanya tak seperti afid.

tapi sebenarnya, yang paling menarik buatku hari ini, bukan lagi soal bertebarannya wajah-wajah cantik jelita, mempesonanya muka-muka gagah itu, atau sedikitnya snack yang aku dapatkan. bukan itu semua. tapi, justru pernyataan-pernyataan tak terduga dari pak sucipto, kepala dinas bagian pariwisata purbalingga.

beliau memang berbicara banyak. ada juga pak kuncoro yang juga berbicara lebih banyak. namun, ada dua hal utama yang paling menarik perhatianku. paling tidak berhasil membangunkanku dari kantuk. yaitu soal KERUDUNG dan PUISI. mungkin ada baiknya aku juga sampaikan secra terpisah saja.

"pak bagaimana soal sanggul perempuan yang pakai kerudung?", tanya seorang peserta putri yang masih SMA. itu awalnya yang menjadikan adanya pembahasan soal kerudung. pak cipto memang tampak tak mempermasalahkan penggunaan kerudung sewaktu final nanti.

"itu hak anda", katanya.

hanya saja ada "tapinya". ya, nantinya ada semacam pengurangan nilai atas busana yang dipakai. soalnya ini soal filosofi budaya. dan kerudung tidak ada dalam daftar penjelasan filosofi budaya banyumasan.

waktu itu mengeluarkan sebuah pertanyaan, yang akan terjawab nanti waktu final. apakah perempuan itu akan menggadaikan kerudungnya demi ketenaran? atau mungkin pertanyaannya menjadi; adakan nanti yang berkerudung lagi saat final???

itu baru polemik soal kerudung. belum soal puisi!

"saya harap nanti tidak ada yang membaca puisi sewaktu uji ketrampilan", bagitu kata pak cipto, serius. alasannya, tanpa bakat pun semua BISA BACA puisi.

jujur saja, dalam hati aku tertawa. betul-betul tertawa. bagaimana tidak, aku mengenal teman-teman yang berjuang keras hanya untuk membaca puisi. bahkan waktu aku mencobanya pun terasa sukar betul. tapi, pak cipto malah menghimbau tidak baca puisi, lantaran semua bisa baca puisi.

aku tak tau bagaimana teman-temanku yang berjuang keras membaca puisi kalau berada di posisiku pagi itu.

ah, betul hari yang melelahkan plus menyenangkan. banyak pengalaman. banyak kegelian. oh ya, itu juga belum termasuk denga tingkah polah para calon "pedagang pariwisata" purbalingga itu. mungkin kalian memang harus melihatnya sendiri.

tak sabar menunggu nasib kota buruh di tangan pemuda-pemudi masa depan macam itu.

01-10-2010