Sekonyong-konyong aku jadi teringat tentang cerita sosok-sosok manusia, pada zamannya masing-masing, yang berkehendak jadi Tuhan. Baik dengan menjadi juru ramal yang mampu memprediksi apa yang bakal terjadi kedepan, atau dengan cara yang jauh lebh gampang; mengaku-aku dirinya itu Tuhan. Cara berbeda yang berbuah pada resiko yang berbeda pula.
Tapi yang terpikir olehku, bukanlah sebuah rasa iri ingin melakukan apa yang mereka lakukan. Bukan itu.
Aku malah berpikir, apa enaknya jadi Tuhan. Menjadi sosok yang tahu segala-gala. Dari yang sangat tersembunyi, pun dengan yang sampai "ada dipelupuk mata".
Selalu ditanya ini, ditanya itu. Sudah dijawab salah, tak dijawabpun tetap dicaci. Hampir seperti melihat manusia yang mencaci hujan, pun juga panasnya kemarau. Lalu apa enaknya jadi Tuhan.
Hampir serupa dengan saat kita bermain games, tapi kita tahu awal dan akhir ceritanya. Belum tahu permainnannya tapi sudah tahu nasib si lakon. Lalu apa enaknya jadi Tuhan.
[18/04/2011]