#28
07:04"Saat fajar menyingsing, doa terbaik adalah senyuman pertama yang tulus...."
Pesan singkat itu terkirim sekitar Pukul satu dini hari, tadi. Tiba-tiba saja, aku mengirimkan pesan singkat itu padamu. Hanya sesuatu yang aku lakukan dengan sekonyong-konyong. Maka itu, aku senang, kamu tak bertanya ini itu. Terlebih, tanya soal alasan aku berkirim pesan itu. Jujur saja.
Aku jelas tak romantis, dari kata-kata itu, kamu bisa melihatnya. Itu sudah barang tentu bukan. Namun, yang terang, apa yang kamu lakukan, jadi semacam inspirasi bagi terangkainya kata-kata sederhana.
Kamu pasti akan selalu ingat dengan "perjanjian" yang kita bikin. Perjanjian kamu tidak bakal mengeluh lagi atas semua yang kamu lalui. Alasanmu, terlalu banyak mengeluh, hanya akan menjadikan dirimu tampak tak dewasa.
Sebenarnya, aku tidak terlalu yakin dengan hal semacam itu, hal yang kamu yakini itu. Aku masih ragu atas keterkaitan antara keluhan dan kedewasaan itu. Tapi, yah, aku akan mengabaikan itu semua. Sebab, yang terlebih penting itu ya senyummu.
Ya, sudahlah. Toh semua masih baik-baik saja. Yang terpenting, senyummu masih selalu menghiasi pagi. Bukankah hal yang semacam itu, jauh lebih baik.
"
[18/03/2011]
Pesan singkat itu terkirim sekitar Pukul satu dini hari, tadi. Tiba-tiba saja, aku mengirimkan pesan singkat itu padamu. Hanya sesuatu yang aku lakukan dengan sekonyong-konyong. Maka itu, aku senang, kamu tak bertanya ini itu. Terlebih, tanya soal alasan aku berkirim pesan itu. Jujur saja.
Aku jelas tak romantis, dari kata-kata itu, kamu bisa melihatnya. Itu sudah barang tentu bukan. Namun, yang terang, apa yang kamu lakukan, jadi semacam inspirasi bagi terangkainya kata-kata sederhana.
Kamu pasti akan selalu ingat dengan "perjanjian" yang kita bikin. Perjanjian kamu tidak bakal mengeluh lagi atas semua yang kamu lalui. Alasanmu, terlalu banyak mengeluh, hanya akan menjadikan dirimu tampak tak dewasa.
Sebenarnya, aku tidak terlalu yakin dengan hal semacam itu, hal yang kamu yakini itu. Aku masih ragu atas keterkaitan antara keluhan dan kedewasaan itu. Tapi, yah, aku akan mengabaikan itu semua. Sebab, yang terlebih penting itu ya senyummu.
Ya, sudahlah. Toh semua masih baik-baik saja. Yang terpenting, senyummu masih selalu menghiasi pagi. Bukankah hal yang semacam itu, jauh lebih baik.
"
[18/03/2011]
2 komentar
keren kit!!!
BalasHapusheheheeee...
BalasHapusterima kasih atas sindirannya.
:p