Nyasar Berjamaah, Eh Subuh Berjamaah

17:46

Warga Desa Jingkang, Kecamatan Karangjambu selepas mengikuti Subuh Berjamaah bareng Pemkab Purbalingga.
Ringtone alarm dari dua hape berbeda merek, berbunyi. Suaranya pelan, mungkin karena dalam kondisi ngantuk, jadi kesadaran indrawi juga belum berada di ambang batas normal. Waktu itu, Kamis 29 Maret 2017, sekitar pukul 01.00 lebih.

Dini hari itu, saya baru pulang ke rumah sekitar pukul 23.30. Habis nonton Layar Tanjleb dalam rangka Hari Perfilman Nasional 2017 di Alun-alun. Plus habis diskusi Majapura Murub 2017 di pinggir jalan, seraya ngopi.

Saya bangun sepagi itu karena hendak ikut Subuh Berjamaah bareng rombongan Pemkab Purbalingga di Desa Jingkang, Karangjambu. Bupati dan Wakil Bupati Purbalingga yang memimpin langsung rombongan, secara ini kan program rutin mereka.

Rombongan berangkat sekitar jam 3 pagi. Mobil patwal polisi berada di depan, membuka jalur. Mungkin juga menyingkirkan embun yang menyelimuti 1/3 malam terakhir. Dan, setelahnya, wusss... wuss... wuss....

Saya berangkat dengan tim menggunakan mobil Sapphire Estate Purbalingga. Kami bertiga. Dan, mengikuti rombongan, rasanya seperti menjadi pembalap. Saking cepatnya, saya sampai tak bisa memperhatikan sisi kiri jalan. Pokokmen, mbalap.

Laju kendaraan mulai melambat ketika sudah memasuki jalur di Kecamatan Karangreja, kemudian di Kecamatan Karangjambu. Jalan menuju Desa Jingkang, Kecamatan Karangjambu memang sempit, berkelok dan gelap, pastinya.

Saya dan dua orang teman, berada di "tengah badan" rombongan. Mengikuti mobil yang ada di depan, jelas pilihan cerdas, bijaksana dan pas. Alasan pertama, karena saya sendiri tak tahu lokasinya. Kedua, masa konvoi salip-salipan.

Sampai di Desa Karangjambu, tak ada orang di luar rumah. Hening dan tenang. Tak ada kibaran bendera plastik kecil di tangan anak-anak harapan desa. Tak ada sorakan selamat datang.

Yang tampak pada mata hanya gelap dan anjing serta kucing yang sempat berseliweran di tepi jalan. Benar-benar perjalanan yang cepat, walau tak bisa dibilang nyaman; jalannya bergelombang.

Mobil dengan badan lebar berpapasan di jalan beraspal yang sempit dan mepet galengan sawah.
Sekitar pukul 04.00 kurang sedikit, mobil berhenti. Berderet panjang. Kami berhenti di tengah bulakan sawah. Hanya ada angin pagi hari yang berhembus melebihi dinginnya AC mobil. Melihat mobil berhenti, saya pikir masjid tujuan sudah berhasil dicapai.

"Mas, minggir dulu ya," kata petugas Satpol PP, setelah menginjak tanah di tepi badan jalan. "Mobil di depan mau mbalik," kata dia lagi. Saya pikir, mau parkir, maklum puluhan mobil di jalur desa yang sempit, jelas butuh pengaturan jalur.

"Nyasar mas. Mau mbalik," kata petugas Satpol PP itu lagi. Jreng....

Saya dan dua teman, tertawa. Sebelumnya, kami banyak meledek-ledek cerita Banser yang banyak berjuang membantu event-event, tapi hanya diberi tanda jasa "sebungkus rokok dan kopi ireng". 

Dan sekarang, kami menertawakan diri kami sendiri, kok bisa. Bayangkan, jam 4 pagi, berniat untuk Subuhan Bareng, malah masih berada di tengah sawah, nyasar pula. Wahahaha...

Masjid membeludak. Ada yang sholat di bawah tenda, ada yang sholat di rumah terdekat.
Akhirnya, rombongan yang dipimpin Pak Sekda muter balik. Jalan sempit dan tak ada puteran balik yang memadai disiasati sedemikian rupa, sehingga bisa mbalik dan mengambil jalur yang bener tur pener untuk sampai Jingkang.

Setelah melalui jalur yang sempit, bergelombang, licin, gelap dan bonus berbatu, rombongan pun tiba di masjid tujuan. Dari sekian banyak rombongan, yang tampak jelas terparkir adalah mobil Bupati dan Wakil Bupati. Ketika itu, Imam Subuhan sudah selesai memanjat doa. Pak Ustads sudah siap mengambil mic untuk tausiyah.

Iya, Subuh Berjamaah. Berjamaah tapi tak bareng.

You Might Also Like

0 komentar