Sobekan Kertas

Jumat yang Lambat

09:20

[Satu]

Jumat yang lambat. Begitu aku menyebut hari ini. Kendati semua orang, pun aku, selalu mengganggap hari ini hari yang singkat, aku tetap ingin menyebutnya demikian. Paling tidak, sekedar untuk hari ini.

Kendaraanku pun melaju dengan lambat. Kecepatannya, sama sekali tak menyentuh angka 40 Km/jam. Aku membiarkan semua kendaraan mendahuluiku. Yang mampu aku salip, hanya sepeda yang berjalan dengan tenaga manusia, bukan mesin. Sungguh, bukan seperti aku yang biasanya.

Aku memang tengah menunggumu. Sembari menikmati lantunan pelan lagi dari pemutar lagi di handphone, aku berharap kau tiba-tiba muncul. Melempar pandangan. Melempar senyum "Gasik bangete pangkate (pagi sekali berangkatnya)," katamu mencandaiku.

Ini, yang aku lakukan, tak ubahnya yang aku lakukan dulu, semasa berseragam putih-abu-abu. Mengira-ira jam berangkatmu ke sekolah, lantan menghitung-hitung kecepatan langkahku.

Saat perhitungan tepat, kita akan bertemu. Di saat itu pula, kita, terutama kamu, akan mengganggapnya sebagai "kebetulan". Tak perduli itu benar-benar sungguhan "kebetulan" atau tidak, aku tak peduli. Toh, kesempatan itu bukan hanya sesuatu yang kebetulan semata, namun bisa juga diciptakan. Itu yang aku yakini.

Ah, yang pasti, aku berjalan denganmu. Kamu di sampingku. Hal semacam itu pula yang tengah aku damba.

"Don’t make me change my mind/Or I wont live to see another day/I swear it’s true/Because a girl like you is impossible to find/It’s impossible//" begitu Secondhand Serenade bergumam lirih.

Satu meter, sepuluh meter, ratusan meter. Semua sudah terlalui. Entah apa saja yang sudah terabaikan oleh pandanganku. Sepanjang jalan, hanya memandangi kaca spion. Ya hanya mengintip-intip sembari berharap.

"...And I will try to fix you...." tutur Coldplay.

[01/04/2011]

Catatan Kecil Hari ini

#30

17:58

Entah berapa jam aku menatap layar komputer ini. Pagi aku menatapnya. Beranjak siang, aku masih memandanginya. Dan, kini, aku masih betah memandanginya. Yang sedikit memuakan, sebenarnya, aku hanya melihat dan membuka hal-hal yang itu saja. Monoton.

Entah berapa hari aku duduk di kursi besi ini. Di kursi berbusa berbalut karpet merah ini, memandang hal yang sama, menyentuh hal yang serupa dan berlaku yang tak berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya. Di kursi yang tak lagi empuk ini, aku pun mendengar hal yang sama, berulang-ulang. Monoton.

Entah berapa bulan aku berjibaku di kota ini. Bertarung di dunia yang tidak disangka-sangka. Dunia yang penuh dengan intrik, cuap-cuap dan bunga busuk berbusa. Semua berkata serupa; memuji diri sendiri. Semua bertindak sama; tak mau kalah. Semua bersikap sama; tak mau disalahkan. Monoton.

Entah berapa tahun aku bernapas di bumi ini. Berebut udara dengan sesama manusia. Bersikutan dengan srigala berbulu domba. Bertindak ini, berlaku itu. Namun semuanya serupa. Berulang-ulang. Monoton.

[31/3/2011]

Coret Moret

Sajak Berjalan

19:02

Hari ini, aku berjalan
Menyusuri ratusan meter teroroar di kotaku
Senin pagi yang cerah

Hari ini, aku berjalan
Di tengah jalan beraspal, puluhan motor berlalu lalang
Melaju cepat, entah hendak kemana

Hari ini, aku berjalan
Angkutan orange penuh berjejal
Perempuan beraneka seragam, ada di sana

Hari ini, aku berjalan
Pak polisi dan Pak satpam terus mengatur laju
Tapi, semua masih saja semrawut


Hari ini, aku berjalan
Orang-orang mengeluh ini itu
Sesuai selera mereka

Hari ini, aku berjalan
Menyusuri ratusan meter teroroar di kotaku
Peluh membasahi, tak terelakan

[21/03/2011]