Demostrasi, Lawakan Gaya Baru

19:16


Lagi demo di depan Disdik

Hari ini, kali pertama aku melihat secara langsung demonstrasi di Purbalingga. Sungguh pemandang yang asing di kota perwira.

Senin (3/1) kemarin, aku sebenarnya sudah mendengar kabar demonstrasi itu. Aku mendapat kabar itu dari surat yang ditujukan ke Polres yang ditembuskan ke beberapa pihak. Terutama yang jadi tujuan tempat aksi.

LSM ***** Purbalingga yang menjadi motor gerakan itu. Fokus persoalannya mengenai pelaksanaan Dana Alokasi Khusus alias DAK Pendidikan TA 2008 hingga 2010.

Mereka mendatangi Dinas Pendidikan (Disdik), Kantor Kejaksaan Negeri dan DPRD Purbalingga. Ada Sekitar dua truk dan satu pikap. Alamak banyaknya. "Ada sekitar 250an orang," tutur si koordinator aksi.

Mereka kebanyakan masih berusia muda. Mereka turun dari truk dengan menenteng tulisan-tulisan. Kedatangan mereka pun disambut Satpol PP dan petugas kepolisian Polres Purbalingga.

Wah, ketegangan macam apa yang bakal tercipta. Dorong-mendorong kah. Teriakan tuntutan yang terus bertalu-talu kah. Atau malah membongkar paksa gerbang.

Ah, sungguh banyak bayangan adegan yang tercipta. Sungguh harus aku akui, aku senang. Senang melihat orang-orang berjubel menuntut lewat jalur demonstrasi.

Namun, rekaan adegan heroik di otakku, sirna sudah. Aksi gagah, yang aku anggap sakral, malah berubah bak lawakan wagu. Tak ada indah-indahnya sekalipun.
***

Di Aula Disdik, perwakilan LSM itu ditemui petinggi Disdik. Si pendemo pun mengajukan beberapa tuntutan.

"Kenapa saat pengadaan tidak menyesuaikan dengan juklis yang ada?" tanyanya.

Si ketua panitia, menjawab dengan tenang. Tanpa mikrofon, namun, pasti terdengar jelas. Sementara sambil mendengar pada hadirin yang datang disandingkan snack ringan.

"Semua yang anda tanyakan sudah saya jelaskan pada Polres. Saya sudah dipanggil dua kali mengenai persoalan itu untuk klarifikasi," jelas pria yang siang itu berkacamata.

Menurut dia, penyidik Polres justru mengajukan pertanyaan yang lebih mendalam, luas dan detail. "Maka itu, akan lebih baik, jika anda melihat di BAP yang ada di Polres," tutur pria yang rambutnya memutih.

Tak dinyana, para pendemo itu mengangguk. Mengiyakan jawaban dari ketua pengadaan DAK 2010.

Aksi pun dilanjut ke Kantor Kejaksaan Negeri. Itupun tak sampai lima menit. Mereka melaju ke kantor dewan.

"Lah penonton kecewa. Purbalingga memang sudah terkondisikan," celetuk salah satu wartawan sambil tersenyum.
***

Sementara warga yang pakai truk menikmati terik matahari, sejumlah perwakilan demonstran masuk ke ruang Ketua DPRD. Dinginnya AC, kursi nan empuk dan snank pun menyambut kedatangan mereka.

Di ruangan yang berjubel,- berjubel lantaran polisi dan wartawan ikut masuk, LSM itu meminta DPRD turut mengawal kasus tersebut.

"Purbalingga amburadul. Tolong kami. Kami sudah jenuh," tegas perwakilan LSM yang berbaju gelap dengan nada meninggi.

Suaranya saat itu sengau. Seperti hendak menanggis. Saat itu, aku berpikir, seperti itukah air mata buaya?

Dan, seperti biasa, anggota dewan pun berjanji akan menindak lanjuti. Pertemuan itu hanya berlangsung tak lebih dari 15 menit. Semua, bubar jalan.
***

Nah, kalo ini lagi di ruangan Ketua DPRD

Penonoton kecewa. Mana ada demontrasi semacam itu. Apa itu yang namanya demonstrasi khas Purbalingga?

"Demonstrasi cuma buat mengejar poryek saja. Biasa lah kayak gitu," ucap seorang wartawan. Alamak.

"Kalau seperti ini, yang senang yang polisi dan wartawan," ujar wartawan yang lain.
***

Siang beranjak sore. Aku masih di depan layar monitor. Mengetik sambil mendengarkan lagu-lagu kesukaan. Tiba-tiba handphone berdering.

"Mas bangkit? Sedang dimana?" tanya pria dari Disdik yang tidak lain si ketua pengadaan DAK 2010.

"Iya pak. Lagi di kantor, Gimana?" jawabku.

"Tadi katanya yang demonstrasi ribut di kantor LSM. Karena bayaran ikut demo belum dibagi," ucapnya. Sinyal hape pun error. Pembicaraan terputus. Tut tut tut.

Aku cuma terbengong. Wadaw.

[04/01/11]

You Might Also Like

2 komentar

  1. Duit yang belum dibagi itu jumlahnya 5 juta...Tanya aja sama intel polres

    BalasHapus
  2. ah, pak, kalau itu bukan ranah saya lagi. jatah saya cuma ditataran informasi. yang menyikapi itu kan masyarakat.
    hehehe

    BalasHapus