Sobekan Kertas

Sebuah Pesan di Pelukan Cakrawala

17:07

coretan di dinding Taman Kota Purbalingga (ilustrasi)
Malam menyambut, ketika pria kurus itu memalingkan perhatian dari  layar monitor komputer di mukanya. Ia menggengam handphone, yang telah terletak berserak karena kesibukannya. Sore itu ia sangat lelah sudah mencoba menjadi pria dengan pendapatan mumpuni.

Sobekan Kertas

Malam Jingga di Rongga Hati

12:45

Lampu bulat berkekuatan 10 Watt masih menggantung di tengah kamar. Sinar jingga yang ditebarkannya masih menghiasi seluruh pojok kamar. Hanya sela yang tertutup yang gelap. Seolah, lampu usang itu berupaya menyaingi kegagahan mentari.

"Aku akan mengingatmu seperti benih mengingat gandum dan seperti seorang gembala mengingat padang rumput dan sungai indah." Tulisan bertinta biru dan penuh kerlip bling-bling itu dibacanya. Untaian kata penuh rasa itu dibacanya berulang-ulang dari diary.

Jepret

Purbalingga di Sore Hari, Oh Ternyata....

09:52

Selasa (13/11) sore, aku menguatkan tekat untuk mewujudkan harapan bersepeda sore hari. Dengan menggunakan sepeda kuno kebanggaan, aku berkeliling Purbalingga. Sekalipun sendirian, itu tak soal. Aku mencoba menikmati apa yang ada dan dapat aku lihat.

Ternyata banyak hal yang terjadi di Purbalingga. Dinamika deru kendaraan hingga berpacunya ribuan tenaga kerja pabrik, yang mayoritas perempuan untuk segera mendekap kasih sayang rumah. Dengan ini cerita dalam potret coba disampaikan. Yeah....

Roda Valuas mulai bergulir, Selasa (13/11) sore ke Alun-alun Purbalingga. Saat senja, pusat kota itu selalu saja ramai. Ada yang sekadar duduk-duduk, ada pula yang memburu waktu menuju peraduan. Pikuk di Purbalinggga itu kian menguat ketika akhir pekan. Masjid Agung Darussalam menjadi paronama sendiri di tengah kekakuan kota.