#41

23:35

Teruntuk bapak,

Pak, hari ini aku bingung. Entah untuk ke berapa kali aku merasakan ini. Bingung lantaran hal yang sama. Kau tahu, hari ini aku kembali dituntut untuk bersikap atas esebuah permasalahan. Penyikapan yang lebih condong pada dua hal; kasih sayang dan juga kedisiplinan.

Kau mungkin sudah tahu duduk cerita lengkapnya, jadi aku tidak akan bercerita panjang lebar soal persoalan itu. Aku hanya ingin ngdrumel atas yang aku rasakan hari ini. Yah, paling tidak, kau jadi tahu, apa yang sebenarnya anakmua rasakan ini.

Jujur saja, aku sangat sayang dengan mereka, dan kau juga turut dalam bagian yang sayang aku sayang. Mungkin, rasa sayangku kepada kalian, hanya tak bisa melebihi rasa sayangku kepada Sang Pemberi Cinta. Rasa sayangku, pada kalian, taks ebanding dengan apapun di dunia yang selayak mampir ngopi ini.

Karena sayang yang tak sebanding dengan apapun itu, aku ingin selalu di dekat kalian. Ingin menjadi orang yang bisa melindungi bila ada yang mengganggu. Ingin menjadi orang yang bisa membantu atas segala permasalahan yang mendera. Yah, serupa dengan sosok pria yang sangat melindungi keluarga.

Namun, di lain sisi, aku juga acuh dan egois. Dan untuk perkara ini, kau sudah pasti tahu, bapak. Bukankah kau yang membesarkanku, sedari minum ASI hingga bermain bola sepak. pertaruangan dua perasaan itu sungguh sukar.

Sekarang, ada sejumlah masalah. Masalah yang sebenarnya sederhana, namun selalu diulang-ulang. Tetapi, hatiku sungguh ngilu jika hendak menentukan harus bagaimana. Mau mendisiplinkan atau lebih memilih memberi solusi.

Bapak, aku bingung bersikap. Kau tak pernah padaku bagaimana seorang pria bersikap terhadap keluarganya, secara gamblang. Kau hanya secara samar-samar menunjukan bahwa seorang bapak akan membantu anaknya. Argh, bapak, aku bingung.

Anakmu.

[10/11/2011]

You Might Also Like

0 komentar