#49
17:41
"Mas, mau minta pin Blackberry (BB) dong," kata perempuan itu. Senyum mengembang di wajah lelahku. Sembari tetap berusaha tersenyum aku menjawab singkat pertanyaan dua perempuan, yang juga tersenyum itu. "Wah, sayangnya, saya nggak punya BB loh."
Untuk menjawab pertanyaan sederhana, dengan jawaban sederhana itupula, aku membutuhkan jeda beberapa detik. Jeda untuk menghilangkan rasa mirip sebuah shock. Terkejut karena, ternyata, pada akhirnya, aku akan mendapatkan pertanyaan itu juga.
Untuk menjawab pertanyaan sederhana, dengan jawaban sederhana itupula, aku membutuhkan jeda beberapa detik. Jeda untuk menghilangkan rasa mirip sebuah shock. Terkejut karena, ternyata, pada akhirnya, aku akan mendapatkan pertanyaan itu juga.
Sebelumnya, pertanyaan sederhana itu hanya menjadi bahan tertawaan di antara teman-teman. Terutama, teman-teman yang memang sama-sama belum memiliki gadget produksi RIM itu. Jadi, memang cukup kaget juga bisa mendapat pertanyaan.
Pertanyaan itu memang menjadi hal wajar di era sekarang ini. Era dimana kelatahan untuk menjadi populer dan menyetarakan gengsi dengan cara memiliki sesuatu hal serupa, satu sama lain. Khususnya, serupa dengan satu kelas sosial tertentu.
Hm... namun pertanyaan itu jelas bukan pengalaman pertamaku dengan BB. Pernah suatu kali, aku benar-benar merasa sebal dengan seorang teman yang menjadi pengguna Blackberry. Ceritanya, aku kirim pesan singkat namun tak kunjung di balas.
Akan tetapi, saat salah seorang teman yang lain mengiriminya pesan melalui BBM, eh malah langsung dibalas. Sempat kepikiran, apa kecepatan membalas BBM bisa jauh lebih cepat dibanding SMS. Atau jangan-jangan, memang fitur BBM jauh lebih mengasyikan. Wah.
[25/01/2012]
2 komentar
hehhee,,, mantaf mas,,
BalasHapusmakasih...hehee
BalasHapus