#47

17:04

Terkadang, membaca surat rahasia jauh lebih indah 
daripada baca trending topic di media jejaring sosial
apalagi mengikuti gosip.
Kamis (19/1) lalu, seorang perempuan berbagi beberapa bait puisi untukku. Dia mengirimkan puisi itu melalui pesan singkat. Kata dia, puisi itu untukku. Begini puisinya;
Semua rasa,
Semua kisah yang dilalui terabaikan dengan rasa dan kisah sebelumnya
Aku tak menyesali semua yang terjadi
Menorehkan penggalan kisah dalam sebuah cerita
Tak lama, memang
Tapi mengenalmu telah membuat rasa ini menuai ragu padanya
Yah, payah memang
Ketika sebuah cerita terdapat tinta merah dan sempat berganti pena sebagai lara
Tapi itulah cerita
Tak selamanya mengisahkan kisah indah

Mendapat pesan singkat berisi puisi itu aku hanya tersenyum. Tak banyak yang berbicaraku dengan bahasa semacam itu. Meskipun, harus berulang kali untuk memahami, rasanya menyenangkan juga mendapatkan kata-kata semacam itu.

Kini, aku mengerti, kenapa perempuan di jamanku SMA dulu, suka betul mendapatkan secarik kertas yang berisikan guratan pena tentang dirinya. Bahkan, hingga menunggu-nunggu. Sensasi yang ada di sana, sungguh luar biasa.

Karenanya, menurutku, rasanya, sangat rugi betul perempuan yang belum pernah mendapatkan surat yang bercerita tentang dirinya dalam bentuk puisi. Yang tentu saja, dikirimkan dengan sembunyi-sembunyi. Hanya berdua yang tahu.

"Like this yo," kata dia. Ah, nggak mau. Aku nggak pernah nge-like kok, kalau komen lah mau, jawabku. "Terus apa komennya?," tanyanya. Aku cuma berkata, komennya; isinya jujur tapi bahasanya nggak luwes. Dia tertawa; hehehe.

[20/01/2012]

You Might Also Like

0 komentar