#52

18:18

Rasanya, tak mudah hidup di jaman sekarang. Galau.
Galau. Kata itu, sudah tentu tak asing di telinga. Sebab, kata yang terdiri dari lima huruf itu kerap digunakan banyak orang, dalam rentang waktu beberapa tahun terakhir ini. Entah siapa yang mempopulerkan kembali, kata yang sebenarnya, seperti akan lenyap itu. Yang pasti, kata singkat itu sudah lengket di lidah.


Apalagi, sejak kata "galau" selalu menghiasi media massa. Mulai dari televisi hingga berbagai varian media cetak. Bahkan, belakangan, kata "galau" seakan sudah mendapat tempat khusus tersendiri dalam kamus kegaulan di negeri ini.

Orang, mengggunakan kata "galau" untuk menunjuk sikap seseorang yang sedang melamun atau tampak risau akan hal tertentu. Namun, itu awalnya. Sekarang galau menjadi kata penunjuk akan perasaan orang yang sedang memikirkan "orang spesial" di hati.

Entah bagaimana ceritanya, namun yang terjadi kata "galau" itu mengalami penyempitan makna. Berdasar, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) galau itu artinya; sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran).

Hm, tapi cukup di situ saja, pembahasan perihan bahasa dan maknanya. Pasalnya, aku terlalu tak kompeten berbicara soal bahasa. Takut salah. Menimbulkan masalah kan bisa repot.

Tapi, yang ada dipikiranku itu, justru penggunaan bahasa itu sendiri. Menurutku, penggunaan kata "galau" yang seenaknya oleh kebanyakan orang itu berbahaya. Termenung sedikit, galau. Menggila sedikit, galau. Melankolis sedikit, galau. Sakit perut sedikit, galau juga.

Jika seperti itu, tentu saja, rasanya, apa yang dirasakan orang itu adalah kegalauan. Padahal, mungkin belum tentu begitu. Dan, seperti pepatah, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Sekalipun cuma difitnah 'sedang galau'.

Tak hanya itu, lalu bagaimana dengan kata semacam; resah; gundah gulana; gelisah dan sebagainya. Aihhh...

[30/01/2012]

You Might Also Like

0 komentar