#50

19:20

Warga Desa Majapura, Kecamatan Bobotsari mulai membenahi
atap rumah meski angin masih kencang berhembus, Rabu (26/1).
Sejak awal pekan ini, angin kencang melanda kota kelahiran, Purbalingga. Dalam hitungan hari, bahkan jam, udara yang bergerak itu, berhasil memporak-porandakan segalanya. Mulai dari kandang ayam sampai dengan rumah. Setidaknya, menerbangkan ratusan seng milik warga.


Kejadian itu lantas membikin heboh media massa. Mulai dari media cetak, online bahkan televisi. Terlebih, kejadian tersebut tidak hanya terjadi di Kota Perwira. Namun juga terjadi hampir di banyak kota. Sejumlah media menyebut, fenomena itu buah dari badai matahari.

Sementara banyak orang mengeluh dengan kemampuan angin menerbangkan atap rumah, putusnya jaringan listrik dan juga terik matahari, aku mencoba berpikir positif. Ya lebih tepatnya, semacam usaha untuk menenangkan diri di balik kata "hikmah".

"Angin kencang. Dua hari terakhir, angin menjadi trending topic. Baik di media jejaring sosial ataupun media massa. Ada yang bersusah hati memang, namun mungkin ada yang bahagia juga. Misalnya petani yang siap bertanam, pemuda yang berharap ada rok ngelengkab atau juga orang yang biasa mengeluh soal panasnya siang hari. 
Tetapi, bisa saja, yang paling berbahagia di tengah cuaca ekstrem ini adalah muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Sebab, salam rindu mereka pasti terkirim lebih cepat dibanding via SMS atau pos. Anginnya ngebut."

Begitu aku menuliskan status positif atas fenomena angin kencang di kotaku, Rabu kemarin. Sebuah status di siang hari yang sedikit banyak terpengaruh dari lagu buatan Dewa 19 yang bertajuk "Angin". Berganti hari, aku tetap saja mencoba berpikir positif.

Pikirku, setidaknya, dengan angin kencang yang berakibat mati listrik, orang-orang tidak lagi terlalu cerewet mengumbar kemirisan hidupnya atau bahkan memaki di situs jejaring sosial. Orang-orang juga tak bisa "menikmati" suguhan menu pembodohan di televisi, baik itu dari berita atau sinetron.

Setidaknya, dengan angin kencang yang mengakibatkan seng atap rumah menghilang, ada anak-anak kecil yang berimajinasi bisa terbang layaknya superman. Jika tidak, akan banyak anak-anak yang bermain kincir bambu dan juga memainkan layang-layang.

Ya, aku juga tahu, ini cuma perkara cara memandang akan sesuatu hal. Khususnya, fenomena angin kencang. Namun, yang pasti, mengeluh juga bukan jawaban. Toh, dari dulu, manusia sebelum kita juga sudah berhadapan dengan angin.

[26/01/2012]

You Might Also Like

0 komentar