Kamu dan Kali Terakhir

20:08

Melangkah maju untuk melupakan. Namun, apa
yang harus dilupakan. kenapa  harus dilupakan.
"Mungkin ini benar-benar terakhir kali kita bertemu," kata perempuan yang duduk di sampingku. Dia mengatakannya seraya membenarkan posisi duduknya di atas tikar plastik. Perempuan bertubuh kecil itu menyender pada pintu besi sebuah toko yang tutup sedari sore.


Sambil memalingkan pandangannya dari jalanan yang masih saja sangat ramai lalu lalang kendaraan, ia tersenyum. Temaram lampu jalan seakan menjadi lampu soroti panggung bagi kami berdua. Dimana, di panggung tersebut, ada alur cerita yang sangat rumit namun singkat.

Aku tersenyum. Sama sekali tak terkejut, apalagi sakit hati. Tak ada adegan aku merasa teriris-iris, tepat di hati ini. Cerita kita ini, sama sekali tak mirip sinetron, film india apalagi lirik lagi melankolis, kataku tempo hari padanya.

Toh, bukan kali pertama dia berkata begitu. Karena itu, responku pun sama dengan sesaat dulu. Hanya menatapnya. Menatap kedalam matanya. Jujur saja, aku selalu suka menatap matanya. Sekalipun ia selalu mengelak dan mengaku malu.

"Nona, sudah berapa pekan aku tak memandangmu. Aku tak mendengar kabarmu. Tak menatap senyummu. Dan tak mencandaimu lagi. Ternyata, kau memang sudah tak bisa dilupakan," tulisku di pesan singkat handphone bututku. Kuhapus lagi.

[31//01/2012]

You Might Also Like

0 komentar