#55

02:22

Goyang secara berlebihan, membuat panggul tak enak dilihat
Pagi ini, sembari menikmati sedikit sarapan, tivi kembali jadi teman terbaik. Meski harus berulangkali merubah chanel, tetap saja, tivi dipilih menjadi rekan menghilangkan nafsu makan di pagi hari. Program tivi, Dahsyat menjadi coba ditonton.

Si pembawa acara membuka acara tivi yang sedikit banyak menjadi ruang bagi orang-orang yang disebut alay. Salam pembukaan terucap. Tak lama kemudian, si presenter perempuan langsung saja melancarkan kata-kata bergombal ria kepada presenter pria.

"Kamu tahu nggak bedanya monas sama kamu? Kalau monas milik negara, kamu milik aku," begitu ucap perempuan berbadan mungil itu. Ia mengatakannya dengan ekspresi kaku dan kata-kata yang diucapkan dengan sedikit terbata-bata. 

Sebenarnya, apa yang aku bicarakan ini, mungkin memang sudah terbilang usang, bagi sebagian orang. Tapi, rasanya, lidah ini jadi geregetan kalau tak membahasnya. Sepertinya, aku bakal layaknya orang kebanyakan. Sudah tahu, namun tetap mendiamkan. 

Alhasil, hal tak normal itu, justru mewujud menjadi hal yang lumrah. Sekalipun tingkat ketidaknormalan itu sudah melangkahi batas-batas norma. Karenanya, aku ingin sedikit menyinggung saja. Begini, melihat tontonan acara di tivi, menjadi jelas bahwa ada dua syarat untuk eksis di negara ini.

Ada dua pilihan dasar untuk eksis, bila mengambil jalan "kemampuan muka", yakni sangat ganteng atau cantik dan sangat jelek. Saat ganteng atau cantik, maka akan jadi lakon. Sementara kalau sangat jelek, pasti akan jadi bahan ejekan. Baik sebagai lakon maupun bahan ejekan, tetap saja bisa eksis.

Selanjutnya, "berlebihan atau beken disebut lebay". Jika kemampuan muka tak mampu sangat bagus atau sangat jelek, jalan berlebay-lebay ria jadi pilihan utama. Lebay, bisa dalam bentuk penampilan, perilaku, dandanan ataupun kata-kata. 

Nah, bergombal, yang lagi tren disebut "spik" merupakan bentuk lebay dalam berkata-kata. Kini, setiap orang berlomba-lomba bergombal kepada orang lain. Lebih banyak sifatnya bercanda. Sampai-sampai makna gombal itu hilang. Hm....

[13/02/2012]

You Might Also Like

0 komentar