Wong Banyumas Itu Bermental Mendoan!
10:52purwokerto. aku mengenal kota ini sudah cukup lama. mungkin sedari aku kecil. tapi, yang aku kenal dari dulu dari purwokerto hanyalah sri ratu, rita dan moro. tak lebih dari itu. unsoed? jujur saja, aku baru mengenal pas aku mendaftar spmb.
sekarang, aku sudah tiga tahun lebih berada di purwokerto. malah ada semacam perasaan kalau kota ini menjadi kota kelahiranku yang kedua. setelah purbalinggaku yang perwira. aku banyak merasakan hal-hal yang sama sekali tak terduga dalam hidupku. sekaligus, mengantarkanku pada kuburan penyesalan karena tak mamu berbuat apapun sedari dulu buat bumi pijakanku.
namun, purwokerto telah menjadi sebuah cerminan yang menggelikan bagiku. mungkin jadi cermin mental orang banyumas dan sekitarnya. aku menyadari kalu purwokerto tak pernah akan berkembang jika tanpa camour tangan orang dari luar banyumas. lihat saja ruang-ruang kreatif macam film, tulisan, musik, atau yang lainnya, hampir tak pernah berasal dari buah tangan orang-orang banyumas. orang jakarta dan sekitarnyalah yang banyak berperan. mungkin aku menyarankan agar orang banyumas berterima kasih kepa orang-orang luar itu.
lalu, kemana orang-orang banyumas? aku melihat mereka lebih menyukai beranjak dari kota kecil ini. mereka enggan membangun kota ini. mereka lebih memilih pergi dari banyumas ini. seakan banyumas tak akan mampu menjamin kehidupannya. yah, meski setelah pergi jauh mereka juga cuma jadi pembantu rumah tangga. sayangnya, dalam hal akdemis pun mereka lebih memilih studi di kota lain.
memang sih ada yang tetap berada di banyumas. paling tidak remajanya. tapi, ini yag paling aku sesali, para kaum mudanya lebih menyibukan diri mereka dengan bersolek di muka cermin. atau malah sibk belajar bahasa loe-gue. padahal orang banyumas saja, mati-matian belajar ngomong ngapak.
hahahaha... aku nggak ngerti nih, aku mesti marah ato nggak. tapi, yang jelas, nggak berkembangnya kota kecil ini jelas ukan karena orang lain. tapi karena orang banyumas sendiri.
ya mbok?
28-07-2009
sekarang, aku sudah tiga tahun lebih berada di purwokerto. malah ada semacam perasaan kalau kota ini menjadi kota kelahiranku yang kedua. setelah purbalinggaku yang perwira. aku banyak merasakan hal-hal yang sama sekali tak terduga dalam hidupku. sekaligus, mengantarkanku pada kuburan penyesalan karena tak mamu berbuat apapun sedari dulu buat bumi pijakanku.
namun, purwokerto telah menjadi sebuah cerminan yang menggelikan bagiku. mungkin jadi cermin mental orang banyumas dan sekitarnya. aku menyadari kalu purwokerto tak pernah akan berkembang jika tanpa camour tangan orang dari luar banyumas. lihat saja ruang-ruang kreatif macam film, tulisan, musik, atau yang lainnya, hampir tak pernah berasal dari buah tangan orang-orang banyumas. orang jakarta dan sekitarnyalah yang banyak berperan. mungkin aku menyarankan agar orang banyumas berterima kasih kepa orang-orang luar itu.
lalu, kemana orang-orang banyumas? aku melihat mereka lebih menyukai beranjak dari kota kecil ini. mereka enggan membangun kota ini. mereka lebih memilih pergi dari banyumas ini. seakan banyumas tak akan mampu menjamin kehidupannya. yah, meski setelah pergi jauh mereka juga cuma jadi pembantu rumah tangga. sayangnya, dalam hal akdemis pun mereka lebih memilih studi di kota lain.
memang sih ada yang tetap berada di banyumas. paling tidak remajanya. tapi, ini yag paling aku sesali, para kaum mudanya lebih menyibukan diri mereka dengan bersolek di muka cermin. atau malah sibk belajar bahasa loe-gue. padahal orang banyumas saja, mati-matian belajar ngomong ngapak.
hahahaha... aku nggak ngerti nih, aku mesti marah ato nggak. tapi, yang jelas, nggak berkembangnya kota kecil ini jelas ukan karena orang lain. tapi karena orang banyumas sendiri.
ya mbok?
28-07-2009
0 komentar