Entah harus bicara apa soal korupsi
Tak ada romantisme menggalau
Cuma rasa jijik, muak sejurus dengan makian
Ah, ada pula seringai senyum munafik
Tipu-tipu wajah topeng
Entah harus bicara apa soal korupsi
Ia ada di mana-mana, setiap saat berdenyut
Mengurita bersama kolusi dan nepotisme
Uang, umur, waktu semua jadi santapannya
Lihai betul mereka
... Rasanya seperti bisu, tak punya nada
Aku memutuskan untuk mengambil jalur alternatif di Desa Kaliori, Kecamatan Karanganyar. Semoga tidak lupa jalan tembus ke wilayah Kecamatan Bojongsari itu. Sudah lama sekali tak melalui jalur tersebut. Meski sempat merasa hampir tersesat, jalurnya tak salah juga.
Selain menikmati alam yang tidak umum; ya lantaran tidak berhadapan dengan jalan beraspal dan bising mesin menderu dan memperpendek jarak, tujuan utama lainnya ialah menikmati suasana bergoyang-goyang di jembatan gantung di Desa Sindang, Kecamatan Mrebet.
Inilah, sebuah cerita kecil di pojok desa, yang bisa saja tidak banyak manusia Kota Perwira mengenalnya bahkan datang ke sana. Cerita ini dipotret pada Minggu (24/11).
Lalu aku harus apa lagi
Apa aku harus menghardik Tuhan lantaran keisengan yang dibuatnya
Kita bersua, dengan sulitnya
Saat berjumpa pada titik rasa yang sama, saat itu kita terberai
“Esok, takdir akan menempatkanmu di tengah keluarga yang penuh kedamaian namun takdir akan mengirimku ke dunia penuh perjuangan dan peperangan”
Kepada siapa menjejalkan huruf-huruf itu? (ilustrasi) |
Sekalipun menjadi tak runtut, tak apa
Biar dari sana terceritakan betapa bisunya senja
Kebisuan karena minder melihat senyum di dagumu
Akan kupaksa huruf-huruf itu berjejal
Membuat diorama indah tanpa meragu
Agar dunia tak mencaci aku terjebak
Menganggap aku tolol, terbius imajimu
coretan di dinding Taman Kota Purbalingga (ilustrasi) |
Lampu bulat berkekuatan 10 Watt masih menggantung di tengah kamar. Sinar jingga yang ditebarkannya masih menghiasi seluruh pojok kamar. Hanya sela yang tertutup yang gelap. Seolah, lampu usang itu berupaya menyaingi kegagahan mentari.
"Aku akan mengingatmu seperti benih mengingat gandum dan seperti seorang gembala mengingat padang rumput dan sungai indah." Tulisan bertinta biru dan penuh kerlip bling-bling itu dibacanya. Untaian kata penuh rasa itu dibacanya berulang-ulang dari diary.
.... Aku terjebak dalam kata-kata indah, ini buruk.
Keterjebakan itu menyeretku dalam keterpakuan, tak kreatif.
Dulu, kata aksara begitu mudah tak beda kata terucap
Ini buruk, sungguh. Tak beda berita di televisi....
Mewawancarai Gubernur Bibit Waluyo di Purbalingga, beberapa bulan lalu. |
... Aku memang tolol. Tak mampu memahamimu, hatimu
Di situ akar soal yang akhirnya kau sebut dengan tak sabar
Hingga pada sore, aku tahu aku terjebak
Aku tak berkutik, sambil meratap...
Saya pernah berpikir begini, bagaimana kalau saya menceritakan semua hal yang ada di otak dan hati saya kepada orang lain. Biar semua orang tahu apa yang sebenarnya saya pikirkan, dibanding memilih untuk menghakimi saya cuma berdasar kemasan yang saya tunjukan.
.... Tidak ada kegundahan sebenarnya, di relung rasa
Yang ada cuma kekecewaan, mungkin begitu
Tak tergapai, meski selalu mengintip
Melupa itu memang tak mudah, lupa ingatan sangat ingin
Semua itu tentang cerita senyap antara aku dan kau....
... Melirik semburat layu mentari seraya membidik asa di ujung jalan.
Kepada senja, bolehlah barang sejenak menemui bayang samar,
yang mulai suka mengintip di relung waktu.
Meski entah ini dosa, salah atau tak tahu diri....
Maka daripada itu, malam ini sungguh rumit
Ingin meracau
Pura-pura tidak ingat siapa diri sendiri |
Aku ingin berpuisi
Salah satu kaus kaki belang andalan terbaru. Pemberian ibu. |
Jumat ini, aku terbangun saat Balotelli sudah membikin Italy tampak digdaya disandingkan Jerman. Aksi young gun Der Panser pun tak banyak berbuah meski aku sudah melewatkan 45 menit untuk menatap televisi. Praktis cuma ada aksi Oezil yang menipu Gigi Buffon.
Kepala Dinsosnakertrans Purbalingga, Ngudiarto menuturkan pihaknya
tengah berupaya adanya pendataan plasma dan tenaga kerja di sana.
|
Dian, mendadak aku takut
Pengunjung Kafe Pedangan melihat story foto karya Komunitas D'Potrek |
Sebagian pesan "selamat" di dinding Facebook. Dari
1000 teman di Facebook, hanya 80 teman yang kirim ucapan di dinding. Yang lain, siapa? |
Makan-makan? Duitnya sapa nih? |
Goyang secara berlebihan, membuat panggul tak enak dilihat |
Mayoritas orang memilih curhat sebagai tempat membuang beban masalah |
Rasanya, saat curhat, aku tampak lemah
Seperti orang yang tak mampu menangkis godaan uang
Koruptif; brangasan
Aku ingin curhat, tapi ragu
Nanti, bisa-bisa dituduh meniru-niru mengambil trade mark
Bukankah, belakangan Presiden SBY hobi curhat
Sementara aku tak simpati padanya
Aku ingin curhat, tapi ragu
Namun, aku enggan dilabeli; galau detected
Label aneh yang marak disebut, mesti entah apa artinya, kini
Aku cuma ingin sedikit bercerita
sumber: google.com |
Sepuluh menit, dua puluh menit, tiga puluh menit dan kemudian hitungan berganti jam. Di luar masih gerimis, saat entah bagaimana ceritanya, pembicaraan mengenai berbagai hal tersebut, beralih berbincang soal golongan darah dan karakter diri. Materi obrolan yang klise, namun ternyata menarik untuk dibahas dan ditertawakan.
Mulanya, alasannya sederhana saja. Aku hanya sedang bosan berada di kursi yang sama hingga malam menjelang. Jadi ya sudah, aku memilih mempercepat kerja dari yang biasanya. Dan, ternyata, sangat bisa dilakukan.
Melangkah maju untuk melupakan. Namun, apa
yang harus dilupakan. kenapa harus dilupakan.
|
Rasanya, tak mudah hidup di jaman sekarang. Galau. |
Koleksi foto profil yang cuma itu-itu saja |
Warga Desa Majapura, Kecamatan Bobotsari mulai membenahi atap rumah meski angin masih kencang berhembus, Rabu (26/1). |
Untuk menjawab pertanyaan sederhana, dengan jawaban sederhana itupula, aku membutuhkan jeda beberapa detik. Jeda untuk menghilangkan rasa mirip sebuah shock. Terkejut karena, ternyata, pada akhirnya, aku akan mendapatkan pertanyaan itu juga.
Belum paham betul dengan sosok perempuan, belakangan aku dibikin bingung dengan ulah perempuan. Perbuatan yang aku sendiri belum bisa menilainya, apakah itu negatif atau justru positif. Pertanyannya begini, kenapa para kaum hawa tak suka dengan foto lurus dari arah depan?